Bisnis.com, JAKARTA--Hasil survei nasional dari Lembaga Survei Charta Politika menyatakan bahwa Joko Widodo (Jokowi) lebih diharapkan oleh publik untuk menjadi calon presiden (capres) dibandingkan menjadi calon wakil presiden (cawapres).
"Publik cenderung tidak menginginkan Joko Widodo menjadi cawapres. Saat dilakukan simulasi pasangan (capres-cawapres), perolehan suara Jokowi selalu di atas 40% bila dipasangkan dengan siapapun," kata Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya dalam diskusi politik bertema Meneropong Pemilu 2014 Melalui Survei di Jakarta, Senin (23/12/2013) seperti dikutip Antara.
Yunarto mengatakan berdasarkan hasil survei, Jokowi cenderung diterima di semua kalangan. Hal itu, katanya, dapat terlihat pada komposisi responden yang memilih Jokowi cenderung merata, baik dari jenis kelamin pria maupun wanita.
Dia menambahkan responden pemilih Jokowi pun berasal dari hampir semua kalangan usia, yaitu usia di bawah 19 tahun sebanyak 47,9% sampai dengan pemilih berusia di atas 50 tahun atau lebih dengan persentase 54,5%.
"Para responden yang memilih Jokowi pun berasal dari hampir semua strata pendidikan masyarakat, baik yang tidak sekolah sebesar 54,5% maupun yang tamat S1 atau lebih tinggi dengan jumlah 41,1%," ungkapnya.
Hasil survei Charta Politik itu boleh dibilang 'mengamini' hasil survei yang dilakukan oleh Indo Barometer di mana temuannya menegaskan bahwa tingkat elektabilitas Jokowi\ sebagai calon Presiden 2014 tak tertandingi, bahkan menembus dinding suku, agama, ras dan antargolongan (SARA).
Survei Capres 2014 yang dilaksanakan Indo Barometer pada 4-15 Desember 2013 menunjukkan bila PDIP mengajukan Jokowi, dari hasil survei terhadap tiga kandidat terkuat yang dimajukan parpolnya yakni Prabowo (Gerindra) dan Aburizal Bakrie (Golkar), semua kategori survei, khususnya terkait SARA, dimenangkan oleh Jokowi.
"Jokowi sebagai calon presiden, tak ada yang menandingi. Dia unggul di seluruh kategori (survei) baik jenis kelamin, desa-kota, etnis, wilayah Jawa-non Jawa, usia, pendidikan, pekerjaan dan agama," kata Direktur Eksekutif Indo Barometer Muhammad Qodari dalam keterangan pers Minggu (23/12/2013.
Survei teranyar itu menunjukkan pemilih laki-laki memilih Jokowi sebesar 39,5%, Prabowo (22,5%) dan Aburizal Bakrike (ARB) 16,7%. Untuk pemilih perempuan lagi-lagi Jokowi menjungkal dua pesaing kuatnya dengan 47,5%, meninggalkan ARB (16,7%) dan Prabowo (10%).
Bagi pemilih desa 40,2% menghendaki Jokowi, ARB (18,7%) dan Prabowo (17,8%). Sedangkan di perkotaaan, Jokowi memperoleh 46,8% jauh meninggalkan ARB (14,7%) dan Prabowo (14,7%).
Responden dari suku Jawa (58,5%) memilih Jokowi, Prabowo (16,3%) dan ARB (12%). Pemilih dari suku Sunda Jokowi tetap unggul dengan 29,3% diikuti ARB (20,7%) dan Prabowo (12%). Sedangkan suku lainnya, Jokowi memperoleh 35,8%, ARB 19,2% dan Prabowo 17,9%.
Untuk kategori wilayah Jawa, Jokowi unggul dengan 50,1% jauh di atas Prabowo (14,7%) dan ARB (14,1%). Sedangkan untuk pulau luar Jawa Jokowi lagi-lagi unggul dengan 35,8%, ARB 20% dan Prabowo 18,3%. (Bisnis.com 23/12/2013).
LEBIH BISA DITERIMA
Yunarto menyebutkan secara internal, Jokowi lebih bisa diterima konstituen (pemilih) PDIP dibandingkan dengan Megawati Soekarnoputri.
"Jika di cross tab konstituen PDIP yang memilih Jokowi sebagai capres ada sebanyak 67,2%, dan hanya 10,6% konstituen PDIP yang memilih Megawati jika menjadi capres," jelasnya.
Dia menambahkan hasil survei pun menunjukkan bila Jokowi maju hanya sebagai cawapres berpasangan dengan Megawati, perolehan suara akan turun menjadi 23,3%.
Yunarto mengungkapkan saat survei dilakukan, PDIP berhasil menempati posisi teratas dengan angka elektabilitas sebesar 15,8%, disusul Partai Golkar pada posisi kedua dengan 12,6% lalu Partai Gerindra 7,8%.
Pada Survei Indo Barometer juga ditemukan bila simulasi hanya empat calon presiden dan PDI P mengajukan Megawati, maka posisi Prabowo teratas dengan raihan 21,8% diikuti ARB 17,9% dan Megawati 17,7%.
Namun bila Jokowi maju, suara Prabowo kembali melorot menjadi 13,8% di bawah ARB 15,3%. Jokowi jmemperoleh suara di atas 39,8%.
"Ini menunjukkan ada irisan pemilih antara Prabowo dan Jokowi yang merugikan Prabowo. Bila Jokowi maju, maka korbannya Prabowo," tegas Qodari.
Charta Politika melakukan survei opini publik skala nasional pada 28 November-6 Desember 2013 melalui wawancara tatap muka (face to face interview).
Populasi survei adalah seluruh WNI yang telah mempunyai hak pilih dalam pemilu atau telah berusia 17 tahun ke atas ketika survei dilakukan. Jumlah sampel pada survei itu sebanyak 1.200 responden.
Sampel dipilih sepenuhnya secara acak dengan menggunakan metode penarikan sampel acak bertingkat (multistage random sampling), dengan tetap memperhatikan karakter pemilih dan proporsi antara jumlah sampel dengan jumlah pemilih di setiap provinsi.