Bisnis.com, JAKARTA--Sebuah survei terbaru menegaskan tingkat elektabilitas Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) sebagai calon Presiden 2014 tak tertandingi, bahkan menembus dinding suku, agama, ras dan antargolongan (SARA).
Survei Capres 2014 yang dilaksanakan Indo Barometer pada 4-15 Desember 2013 menunjukkan bila PDIP mengajukan Jokowi, dari hasil survei terhadap tiga kandidat terkuat yang dimajukan parpolnya yakni Prabowo (Gerindra) dan Aburizal Bakrie (Golkar), semua kategori survei, khususnya terkait SARA, dimenangkan oleh Jokowi.
"Jokowi sebagai calon presiden, tak ada yang menandingi. Dia unggul di seluruh kategori (survei) baik jenis kelamin, desa-kota, etnis, wilayah Jawa-non Jawa, usia, pendidikan, pekerjaan dan agama," kata Direktur Eksekutif Indo Barometer Muhammad Qodari dalam keterangan pers Minggu (23/12/2013) seperti dimuat pada situs lembaga tersebut.
Survei Indo Baromer kali ini l bertajuk Proyeksi Politik 2014: Pilihan dan Kemungkinan Capres dan Cawapres Pemilu 2014. Survei dilaksanakan di 33 provinsi dengan 1.200 responden, dengan margin eror sebesar kurang lebih 3% dan tingkat kepercayaan 95%.
Survei teranyar ini menunjukkan pemilih laki-laki memilih Jokowi sebesar 39,5%, Prabowo (22,5%) dan Aburizal Bakrike (ARB) 16,7%. Untuk pemilih perempuan lagi-lagi Jokowi menjungkal dua pesaing kuatnya dengan 47,5%, meninggalkan ARB (16,7%) dan Prabowo (10%).
Bagi pemilih desa 40,2% menghendaki Jokowi, ARB (18,7%) dan Prabowo (17,8%). Sedangkan di perkotaaan, Jokowi memperoleh 46,8% jauh meninggalkan ARB (14,7%) dan Prabowo (14,7%).
Responden dari suku Jawa (58,5%) memilih Jokowi, Prabowo (16,3%) dan ARB (12%). Pemilih dari suku Sunda Jokowi tetap unggul dengan 29,3% diikuti ARB (20,7%) dan Prabowo (12%). Sedangkan suku lainnya, Jokowi memperoleh 35,8%, ARB 19,2% dan Prabowo 17,9%.
Untuk kategori wilayah Jawa, Jokowi unggul dengan 50,1% jauh di atas Prabowo (14,7%) dan ARB (14,1%). Sedangkan untuk pulau luar Jawa Jokowi lagi-lagi unggul dengan 35,8%, ARB 20% dan Prabowo 18,3%..
Qodari menyebutkan dalam temuan surveinya, bila 12 partai politik mengajukan nama capres, PDIP di wakili Megawati, maka Megawati mendapatkan sekitar 17,3% berada di bawah Prabowo yang menempati urutan pertama dengan 19,8%.
"Namun bila Jokowi maju sebagai capres, posisi Prabowo melorot ke nomor 3 dengan 13% di bawah Aburizal Bakrie sebesar 14,6%. Sedangkan Jokowi jauh meninggalkan kontestan lainnya dengan 37%," paparnya.
PRABOWO JADI KORBAN
Bila simulasi hanya empat calon presiden dan PDI P mengajukan Megawati, maka posisi Prabowo teratas dengan raihan 21,8% diikuti ARB 17,9% dan Megawati 17,7%.
Namun bila Jokowi maju, menurutnya, suara Prabowo kembali melorot menjadi 13,8% di bawah ARB 15,3%. Jokowi jmemperoleh suara di atas 39,8%.
"Ini menunjukkan ada irisan pemilih antara Prabowo dan Jokowi yang merugikan Prabowo. Bila Jokowi maju, maka korbannya Prabowo," tegas Qodari.
Hasil survei Indo Barometer tersebut, menurut catatan Bisnis, sejalan dengan temuan yang dilakukan oleh Cyrus Network. Lembaga survei independen itu malah menyebut Jokowi sebagai calon presiden 'setengah dewa.' Alasannya, dia mampu menghegemoni pikiran masyarakat dan mampu mengangkat partai manapun menjadi pemenang pemilu.
Dalam simulasi survei yang dirilis Cyrus Network pada Minggu (15/12/2013) lembaga itu menyebutkan penggabungan diri Jokowi bisa menjadikan partai manapun, baik yang sudah memiliki elektabilitas tinggi maupun partai-partai yang terancam tidak lolos parliamentary threshold (PT), sebagai pemenang pemilu.
"Jokowi bahkan mampu mendorong Partai Bulan Bintang (PBB), Partai NasDem, maupun Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) menjadi pemenang Pileg, jika Jokowi bergabung dengan partai tersebut," kata Direktur Riset Cyrus Network Eko Dafid Afianto.
Figur Jokowi, lanjutnya, bisa mengangkat perolehan suara PBB, Partai NasDem, dan PKPI ke titik potensial tertinggi hingga di atas 40%.
Titik potensial dapat tercapai asalkan, menurut Eko, partai-partai tersebut menyatakan diri sebagai satu-satunya partai yang mengusung Jokowi sebagai capres. "Ini merupakan salah satu fakta bahwa Jokowi adalah capres 'setengah dewa'."