Bisnis.com, GLADSTONE, Australia - Petronas bersama Total dan Kogas menggarap proyek gas alam cair atau LNG senilai US$18,5 miliar di Australia di tengah prediksi menguatnya permintaan terhadap gas ramah lingkungan.
Proyek Gladstone LNG (GLNG) itu merupakan hasil patungan Santos, perusahaan energi terkemuka asal Australia, dengan tiga perusahaan tersebut.
Petronas dari Malaysia merupakan eksportir LNG terbesar kedua di dunia, sedangkan Total (Prancis) unggul dalam perdagangan gas dan minyak internasional, sementara Kogas dari Korea Selatan adalah
importir LNG terbesar di dunia.
Komposisi kepemilikan saham di GLNG adalah Santos 30%, Petronas 27,5%, Total 27,5%, dan Kogas 15%.
Gas GLNG hanya akan dijual kepada Petronas dan Kogas, dengan pengiriman diperkirakan berlangsung mulai tahun 2015.
“Kami menghasilkan gas bersih, dan ini sesuai dengan permintaan pasar yang bakal tinggi terhadap gas ramah lingkungan,” ujar Gary Scanlan, Regional Manager GLNG, kepada sejumlah wartawan Asia Pasifik yang berkunjung ke kantornya di Gladstone, Kamis (12/12/2013).
GLNG mengklaim diri sebagai pencetus konversi coal seam gas (CSG) menjadi LNG di Australia.
Proyek GLNG melibatkan pembangunan ladang gas di wilayah Bown dan Surat Basins, pembangunan jalur pipa pengiriman gas sepanjang 420 kilometer, dan dua train fasilitas pengolahan gas alam cair di Pulau Curtis.
Teknologi yang digunakan berasal dari ConocoPhilips, sedangkan pembangunan fasilitas penambangan di lapangan maupun pendukungnya dilakukan oleh Bechtel dari Amerika Serikat.
Selain GLNG, pembangunan dua proyek LNG lainnya juga tengah dipacu, yakni Queensland Curtis LNG dengan capex mencapai US$20,4 miliar dan Australian Pacific LNG dengan capex US$20 miliar.
Gary Scanlan mengatakan tiga proyek gas tersebut menciptakan sekitar 7.000 lapangan kerja. Jika digabungkan dengan pembangunan fasilitas pelabuhannya maka total tenaga kerja yang terserap mencapai 11.000 orang.
Para pekerja dengan latar belakang berbagai kebangsaan itu, beserta keluarga mereka, tinggal di kota Gladstone. Jumlah penduduk yang terus bertambah, mencapai 61.000 jiwa saat ini, karena pembangunan tiga proyek gas besar tersebut dan peningkatan aktivitas industri lainnya, mendorong kebutuhan akan apartemen dan perkantoran baru.
Gladstone terletak di wilayah Queensland, Australia timur laut, dan dapat dicapai dengan penerbangan selama 40 menit dari Brisbane. Iklimnya yang hangat hampir sepanjang tahun membuat kota itu diminati
turis domestik maupun asing, terutama mereka yang menyukai wisata alam.
Brisbane sendiri akan menjadi tuan rumah pertemuan puncak 20 negara perekonomian terkemuka dunia (G-20) tahun depan.
Biaya membengkak
Sementara itu, biaya pembangunan tambang LNG Gorgon di Australia Barat oleh Chevron mengalami pembengkakan biaya sampai US$2,2 miliar—sebuah isyarat bahwa sektor LNG menghadapi tekanan biaya yang cukup besar di Australia.
Chevron, sebagaimana diberitakan oleh harian The Australian, Jumat (13/12/2013), mengumumkan bahwa biaya pembangunan Gorgon meningkat menjadi US54 miliar dari perkiraan US$52 miliar yang disusun tahun lalu.
Anggaran proyek tersebut pada awal mula ‘hanya’ US$37 miliar, ketika pertama kali disepakati oleh Chevron bersama mitranya Royal Dutch Shell dan ExxonMobil pada tahun 2009.
Gorgon menghadapi banyak tantangan sejak pertama kali diluncurkan, di antaranya kompetisi ketat memperebutkan tenaga kerja trampil dengan proyek-proyek pertambangan lainnya dan kenaikan nilai tukar dolar Australia terhadap dolar AS.
Biaya tenaga kerja trampil pertambangan di proyek gas Australia sekitar 80.000 dolar Australia per orang per tahun.
Kapasitas produksi gas di Gorgon dan Wheatstone LNG, juga di Australia Barat, diperkirakan mencapai 400.000 barel per hari mulai pertengahan 2015.
Pengamat pertambangan setempat mengatakan kasus Gorgon membenarkan anggapan bahwa Australia merupakan lokasi mahal untuk penambangan gas alam.