Bisnis.com, SYDNEY - Gubernur Reserve Bank of Australia (RBA) Glenn Stevens mengatakan level mata uang Negeri Kanguru akan melemah karena tidak didukung oleh biaya dan produktivitas ekonomi serta volume perdagangan negara itu kemungkinan besar akan anjlok.
“Pasar valuta asing mungkin adalah area lain yang harus diperhatikan para investor. Kemungkinan, pada beberapa titik di masa depan, dolar Australia akan lebih rendah secara material dibandingkan dengan saat ini,” ujarnya, Selasa (29/10).
RBA mempertahankan suku bunga pada rekor rendah 2,5% selama dua pertemuan berturut-turut, dengan mempertimbangkan dampak pemangkasan dini bagi perekonomian dan prospek ekonomi global.
Stevens mengatakan pertumbuhan China akan tetap tinggi dan AS kemungkinan akan pulih. Dolar AS juga telah melunak setelah Federal Reserve memutuskan untuk melanjutkan program stimulusnya pertengahan bulan lalu.
“Akan menjadi kesalahan besar jika kami bersantai terlalu lama akibat penundaan [tapering] ini. Tentu saja tapering akan datang [cepat atau lambat],” ujarnya.
Bank Sentral Kirim Sinyal Pelemahan Dolar Australia
RBA mempertahankan suku bunga pada rekor rendah 2,5% selama dua pertemuan berturut-turut, dengan mempertimbangkan dampak pemangkasan dini bagi perekonomian dan prospek ekonomi global.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Topik
Konten Premium
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.
Artikel Terkait
Berita Lainnya
Berita Terbaru
1 jam yang lalu
Respons BI soal Pabrik Uang Palsu di UIN Makassar
1 jam yang lalu
Sritex (SRIL) Rumahkan 3.000 Buruh Imbas Pailit!
4 jam yang lalu