Bisnis.com, KUALA LUMPUR - Penerapan pajak barang dan jasa untuk memangkas defisit fiskal Malaysia telah mendorong nilai tukar ringgit ke level tertinggi sejak Juni dan imbal obligasi bertenor 10 tahun bertahan pada rekor terendah dalam 3 bulan.
Pemerintahan Perdana Menteri Najib Razak akan menerapkan pajak konsumsi menjadi 6% pada April 2015, sebagai upaya mengatasi selisih pendapatan dan belanja menjadi 3,5% dari total produk domestik bruto (PDB) tahun depan.
Berdasarkan laporan ekonomi yang dirilis Kementerian Keuangan setempat pada Senin (28/10), perekonomian Malaysia akan bertumbuh 5% hingga 5,5% tahun depan dari perkiraan 4,5% hingga 5% tahun ini.
“Pajak barang dan jasa dipandang sebagai langkah yang bertanggung jawab secara fiskal. Ini akan menguatkan daya tarik investasi di Malaysia. Anggaran akan disambut baik oleh pasar,” ujar Nick Verdi, ahli strategi valuta asing di Barclays Plc, Singapura.
Ringgit menguat 0,7% menjadi 3,1350 per dolar AS pada Senin siang di Kuala Lumpur, dmerupakan apresiasi nilai tukar tertinggi di Asia. Itu juga kenaikan tertinggi sejak 17 Oktober, setelah menyentuh level 3,1232 pada 17 Juni. Imbal obligasi 10 tahun bertahan pada level 3,59%, yang terendah sejak 8 Juli.
Pada 2015, Malaysia Kenakan Pajak Konsumsi 6%
Pemerintahan Perdana Menteri Najib Razak akan menerapkan pajak konsumsi menjadi 6% pada April 2015, sebagai upaya mengatasi selisih pendapatan dan belanja menjadi 3,5% dari total produk domestik bruto (PDB) tahun depan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Topik
Konten Premium
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.
Artikel Terkait
Berita Lainnya
Berita Terbaru
17 menit yang lalu
Respons BI soal Pabrik Uang Palsu di UIN Makassar
1 jam yang lalu
Sritex (SRIL) Rumahkan 3.000 Buruh Imbas Pailit!
3 jam yang lalu