Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PENGUATAN RUPIAH: Penerapan Redenominasi Butuh Alasan Kuat

BISNIS.COM, SEMARANG -- Ekonom Universitas Katolik Soegijapranata Semarang A. Ika Rahutami menilai penerapan redenominasi harus membutuhkan alasan kuat, sebab tidak berdampak besar atas penguatan ekonomi."Saya melihat redenominasi ini bukan sebagai kebijakan

BISNIS.COM, SEMARANG -- Ekonom Universitas Katolik Soegijapranata Semarang A. Ika Rahutami menilai penerapan redenominasi harus membutuhkan alasan kuat, sebab tidak berdampak besar atas penguatan ekonomi.

"Saya melihat redenominasi ini bukan sebagai kebijakan ekonomi karena tidak berdampak apapun untuk penguatan ekonomi masyarakat. Apalagi, untuk menyejahterakan masyarakat," katanya di Semarang, Kamis (2/5/2013)

Hal itu diungkapkan Wakil Rektor I Unika Soegijapranata itu di sela-sela diskusi publik bertajuk "Penerapan Redenominasi Rupiah" di Hotel Best Western Semarang yang diprakarsai Forum Wartawan Ekonomi Semarang.

Menurut Ika, redenominasi sebenarnya merupakan langkah "cosmetic change" untuk meningkatkan citra bangsa Indonesia di mata internasional, tetapi tidak berdampak terhadap peningkatan daya beli masyarakat.



"Selama ini nilai tukar nominal rupiah terhadap mata uang asing cukup jauh, misalnya Rp10.000 setara nilainya dengan satu dolar AS. Masak kemudian Rp10 sama nilainya dengan satu dolar?," katanya.



Dengan redenominasi, yakni penyederhanaan nilai mata uang menjadi tanpa mengubah nilai tukarnya, kata dia, seperti Rp1.000 setara nilainya dengan Rp1, tentunya gengsi atas mata uang domestik meningkat.

"Namun, ini kan bagi masyarakat yang kerap bepergian ke luar negeri. Masyarakat di pedesaan atau sebagainya yang tidak pernah ke luar negeri tidak ikut merasa gengsi. Bagi mereka tetap biasa saja," katanya.

Meski demikian, Ika menilai penerapan redenominasi membutuhkan sosialisasi yang cukup agar jangan sampai membuat resah masyarakat karena menganggap redenominasi sebagai pengurangan nilai mata uang. (Antara/dot)


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Sumber : Newswire
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper