Sungguh luar biasa tebaran harta yang dimiliki oleh tersangka kasus Simulator SIM Djoko Susilo. Begitu banyak aset kekayaan hingga hampir setiap tempat ada. Nilainya begitu fantastis hingga ratusan miliaran rupiah.
Seandainya hartaku sebanyak itu, akan kusumbangkan ke anak-anak yang putus sekolah agar bisa melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi, agar bisa mengerti apa artinya korupsi, apa artinya uang negara dan apa artinya milik pribadi. Dan kusekolahkan mereka agar mengerti arti penting korupsi yang membuat mereka menjadi putus sekolah, terlantar, kelaparan, premanisme karena akibat ulah para koruptor yang menggerogoti uang rakyat.
Karena uang memang membuat hampir semua orang gelap mata. Gara uang seribu mereka saling hunus padang, akibatnya nyawa melayang. Lahan parkir setiap sudut jalan dikuasai preman, dan penegak hukum hanya menjadi penonton yang terkejut menyaksikan aksi pemalakan disetiap sudut jalan. Bahkan yang lebih tidak bisa dimengerti akal sehat adalah para oknum penegak hukum berkolaburasi dengan para preman demi mendapatkan uang tambahan dapur rumah tangganya.
Makanya jangan heran jika ada oknum pejabat dulunya hidup mewah, ada sekretaris pribadi, pengawal pribadi, eh begitu masa tuanya masuk jeruji besi, akibat ulahnya melakukan korupsi.
Karena harta manusia menjadi gila. Gila terhadap perempuan, menebar rayuan dengan merubah segala status jati diri dan sosial didepan pejabat berwenang, untuk mendapatkan wanita idaman.
Mengiming-imingi kepada semua wanita yang ditaksirnya dengan harta hasil korupsi. Kejeniusan membuat data baru yang asli tapi palsu disodorkan ke KUA untuk menggaet wanita incarannya. Alhasil seratus persen semua wanita tunduk bersimpuh dihadapan yang "mulia" pesohor koruptor.
Jabatan yang semakin tinggi melengkapi sepak terjang yang sedikit agak buram. Mereka menggunakan jabatannya untuk menggeruk uang rakyat sebanyak-sebanyaknya. Meminta dukungan sana sini untuk dapat mengelebui bahwa apa yang dikerjakan selama ini adalah benar, padahal banyak yang menyimpang.
Kebiasan seorang pejabat adalah melakukan potong kompas, sekiranya ada birokrasi yang menghambat disetiap urusan mereka tak malu-malu mengeluarkan recehan untuk menyogok sang petugas. Sodoran segepok uang bisa dipastikan diamini oleh petugas karena mereka juga memiliki mental yang korup. Bahkan tak ada uang urusan akan menjadi panjang.
Apresiasi kepada KPK, berani menyita harta mantan Kepala Korps Lantas Irjen Djoko Susilo yang nilainya sampai ratusan miliar rupiah. Tetapi akan bangga lagi jika KPK mampu mengungkap rekening gendut milik anggota Polri yang dulu sempat boming menjadi pemberitaan. Dan apresiasi tinggi kepada Polri jika berani berbenah ke dalam agar institusi ini tidak terus terkesan negatif di mata masyarakat. Polri adalah sebagai abdi masyarakat bukan pencuri uang rakyat, wajar jika masyarakat menghendaki Polri bisa lebih baik dan tidak berwajah bunglon.
NINING SUPRAPTO
Jl Perdatam, Pancoran, Jakarta Selatan