BISNIS.COM, BROOKLYN-Pembuat vitamin C asal China diperintahkan untuk membayar US$162,3 juta bagi konsumen AS karena kasus pengaturan harga ekspor.
Juri pengadilan federal di New York menemukan tindakan mereka tidak dipaksa oleh pemerintah nasional.
Juri terdiri dari lima wanita dan dua pria di Brooklyn menjatuhkan vonis pada Kamis (14/3/2013) setelah perusahaan suplemen makanan Amerika yang mengajukan gugatan anti-trust dapat membuktikan di pengadilan.
Para juri hanya berunding selama setengah hari sebelum mencapai keputusan untuk menjatuhkan ganti rugi US$54,1 juta dan dinaikkan jadi tiga kali lipat US$162,3 juta berdasar hukum AS.
"Kami sangat bangga dengan kemenangan ini atas penegakan anti-trust swasta melawan kartel internasional," kata pengacara penggugat, William Isaacson seperti dikutip Bloomberg dari e-mail.
Salah satu pengacara untuk para terdakwa, Charles Critchlow, belum memberikan komentar terkait tindakan mereka selanjutnya, apakah akan mengajukan banding atau tidak.
Menurut James Serota, seorang pengacara perusahaan penggugat, kasus ini menandai untuk pertama kalinya perusahaan China menghadapi pengadilan atas klaim persaingan usaha tak sehat di AS.
Perusahaan China, termasuk North China Pharmaceutical Co. dan Hebei Welcome Pharmaceutical Co., berpendapat mereka tak bertanggungjawab atas pengaturan harga pada pasar vitamin C yang mencapai US$500 juta.
Perusahaan-perusahaan ini menyatakan bahwa mereka akan dikenakan hukuman, termasuk penolakan izin untuk ekspor, jika mereka tidak taat perintah pemerintah untuk mematuhi pembatasan volume dan harga.(Bloomberg)
Terlibat Kartel, Perusahaan China Dihukum Bayar US$162,3 Juta
BISNIS.COM, BROOKLYN-Pembuat vitamin C asal China diperintahkan untuk membayar US$162,3 juta bagi konsumen AS karena kasus pengaturan harga ekspor.Juri pengadilan federal di New York menemukan tindakan mereka tidak dipaksa oleh pemerintah nasional.Juri
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

1 jam yang lalu