Bisnis.com, JAKARTA - Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) menganugerahkan penghargaan Wirakarya Adhitama kepada Prof. Anwar Nasution, M.P.A., Ph.D., Deputi Senior Bank Indonesia periode 1999-2004 dan Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) periode 2004- 2009.
Penghargaan tersebut diberikan atas dedikasi Anwar Nasution yang dinilai telah menorehkan tinta emas dalam sejarah perekonomian Indonesia.
“Sebagai institusi pendidikan besar yang turut berkontribusi dalam ekonomi pembangunan Indonesia, FEB UI merasa perlu memberikan penghargaan kepada tokoh-tokoh yang telah berkontribusi besar, baik untuk pengembangan FEB UI maupun pembangunan bangsa,” ujar Ketua Dewan Guru Besar FEB UI Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro dalam keterangannya.
Bambang mengatakan, Anwar adalah seorang akademisi dan peneliti yang berdedikasi. Di sisi lain, Anwar menjadi ekonom yang berkontribusi besar demi pembangunan negeri. Anwar tentunya telah memberikan segalanya baik untuk pengembangan fakultas maupun untuk pengembangan ekonomi dan pembangunan bangsa Indonesia.
Dekan FEB UI Teguh Dartanto mengatakan Anwar telah mewujudkan pendidikan yang tak hanya perlu unggul dalam keilmuan dan penelitian, namun juga harus memberikan dampak sosial.
Penghargaan ini, lanjut Teguh, diberikan kepada Anwar yang telah memberikan kontribusi nyata bagi masyarakat, bangsa, dan negara, baik melalui keilmuan, penelitian, maupun aplikasi praktik di lapangan.
Baca Juga
“Penghargaan Wirakarya Adhitama ini adalah penghargaan kepada sosok yang telah sangat-sangat kuat di bidang keilmuan, riset, tetapi juga memiliki kontribusi nyata dan luar biasa di bidang masyarakat bangsa dan negara. Penghargaan ini sebenarnya sekarang sangat relevan bagi orang-orang yang bisa mem-balance antara dunia pendidikan, dunia riset, dan dunia aplikasi. Dan kontribusi Prof. Anwar ini adalah hal yang luar biasa,” ucapnya.
Sebagai penerima penghargaan, Anwar mengatakan penghargaan ini adalah suatu kehormatan besar yang diterimanya. Hal ini menjadi apresiasi berharga selama lebih dari 4 dekade dirinya menjadi dosen di FEB UI, sehingga ilmu yang diajarkannya bisa bermanfaat secara luas baik di dunia pendidikan maupun di tataran praktis termasuk dalam kebijakan negara.
“Saya sudah hampir setengah abad berkarier di bidang akademik, riset, dan pengembangan ekonomi Indonesia. Terimakasih kepada FEB UI atas penghargaan ini. Semoga penghargaan ini memotivasi kita semua untuk terus berkarya,” ujar Anwar.
Sosok Anwar Nasution sebagai Akademisi Berpengaruh
Guru Besar FEB UI Ari Kuncoro mengenang interaksinya dengan Anwar sejak 1984.
Saat itu, Anwar baru kembali dari luar negeri dan memberikan daftar bacaan yang penuh data matematika. Pada masa tersebut, salah satu yang harus dimiliki oleh institusi pendidikan tinggi adalah modal sosial atau social capital.
“Saya akan sedikit flashback, ini penting dan ternyata generasi sesudah kami itu perlu banyak data. Ekonom kalau berbicara harus pakai data. Dan itu sampai sekarang selalu begitu data bagi ekonom adalah argumen utama. Yang kedua adalah beliau juga mengajarkan pentingnya networking,” kata Ari.
Dia menilai, Anwar memperkuat landasan pendidikan ekonomi. Oleh karena itu, kata Ari, data di pendidikan ekonomi dan manajemen bagaikan ‘tambang emas’ sebagai dasar dari argumentasi.
“Jadi saya ucapkan terima kasih kepada Prof. Anwar, 1984 sampai 2024 itu 40 tahun, ternyata apa yang diajarkan pada kami tahun 1984 tetap mempunyai relevansi sampai sekarang. Itulah yang disebut social capital,” tuturnya.
Anwar Nasution merupakan mantan mahasiswa dan asisten pengajar Professor Ali Wardhana (1973-1976) dalam mata kuliah Uang dan Bank Lanjutan serta menjadi tenaga perbantuan FE-UI di Departemen Keuangan selama periode 1968 hingga 1976.
Pada tahun 1996 hingga 1998, dia menjadi the Sasakawa Professor Economic Development, di UNU-WIDER, Helsinkli, Finlandia dan konsultan ADB, Bank Dunia, IMF, UN-ESCAP di Bangkok serta UN-ECLAC di Santiago, Chile.
Dari tahun 1998-2001, dia menjabat sebagai Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, kemudian dipercaya mengurus bank sentral negara dengan menjabat Deputi Senior Bank Indonesia pada tahun 1999-2004.
Kariernya berlanjut dengan menjabat Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) sejak tahun 2004 hingga 2009.
Setelah menjabat sebagai Ketua BPK, dia menjadi Direktur Earth Institute Columbia University; Economic Development Specialist, SEADI Project, Nathan Associates, Inc., USAID, Jakarta pada tahun 2011 hingga 2013 serta menjadi Anggota Kelompok the International Policy Advisory Group (Shadows G-20) tahun 2013 di bawah pimpinan Professor Jeffey Sachs.
Dia juga Guru Besar Emeritus Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia dan Senior Fellow pada Jeffrey Cheah Institute on South East Asia, Sunway City, Kuala Lumpur, Malaysia.