Bisnis.com, JAKARTA - India telah berusaha mengambil keuntungan dari perannya sebagai tuan rumah KTT G20 untuk mempromosikan agendanya sendiri dan merugikan kepentingan China, menurut lembaga think tank yang berafiliasi dengan badan mata-mata utama negara tersebut.
Dilansir dari Reuters, kritik keras dari Institut Hubungan Internasional Kontemporer China yang berada di bawah Kementerian Keamanan Negara muncul ketika para pemimpin G20 memulai pertemuan puncak tahunan mereka yang berlangsung dua hari, di New Delhi, tanpa kehadiran Presiden China Xi Jinping.
Lembaga pemikir tersebut menuduh India membawa “barang pribadi” geopolitik ke panggung global, yang menurut mereka tidak hanya akan membantu negara tersebut memenuhi tanggung jawabnya sebagai tuan rumah G20, tetapi juga menciptakan masalah lebih lanjut.
India mengadakan dua pertemuan G20 sebelumnya di wilayah yang disengketakan, satu di Arunachal Pradesh yang juga diklaim China, dan satu lagi di Kashmir yang diperebutkan oleh Pakistan.
“Selain menyebabkan gejolak diplomatik dan gejolak opini publik, tindakan India menjadi tuan rumah pertemuan di wilayah yang disengketakan juga telah ‘mencuri perhatian’, menyabotase suasana kerja sama pertemuan G20 dan menghambat pencapaian hasil-hasil substantif.” kata lembaga think tank tersebut dalam komentar yang dipublikasikan di akun WeChat-nya.
Pernyataan tersebut mungkin bisa menjelaskan ketidakhadiran Xi dalam pertemuan puncak yang diselenggarakan oleh Perdana Menteri Narendra Modi.
Baca Juga
Pejabat China menolak menjelaskan ketidakhadiran X, dan diwakili Perdana Menteri Li Qiang.
Kedua negara bertetangga di Asia ini telah mencari cara untuk meredakan ketegangan militer yang membara di sepanjang perbatasan yang luas, tetapi New Delhi menggambarkan situasi tersebut sebagai situasi yang rapuh dan berbahaya. Sejak tahun 2020, New Delhi juga meningkatkan pengawasan terhadap bisnis dan investasi China.
Minggu lalu, ketika bereaksi terhadap berita bahwa Xi tidak akan menghadiri KTT G20, Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengatakan dia "kecewa" tetapi akan "bertemu dengannya".
Lembaga pemikir tersebut juga mengatakan India telah mencoba menggunakan isu restrukturisasi utang untuk menyerang China dan sering bekerja sama dengan Amerika Serikat dan negara-negara Barat dalam mendukung teori “perangkap utang” ketika Beijing menawarkan pinjaman kepada negara-negara miskin untuk membangun infrastruktur yang dibutuhkan seperti pelabuhan atau jalan.
Langkah India dapat lebih lanjut menciptakan perbedaan dan perpecahan, menghambat komunitas internasional dalam mencapai konsensus dan hasil-hasil substantif, dan pada akhirnya akan menyebabkan kerusakan pada citra internasional dan kepentingan pembangunan global, tambah lembaga think tank tersebut.
Xi, selama kunjungannya ke Provinsi Timur Laut Heilongjiang, berjanji akan mengambil lebih banyak langkah untuk menghidupkan kembali wilayah timur laut yang lesu, kata media pemerintah pada Sabtu (9/9/2023). (Nizar Fachri Rabbani)