China mencatat suhu terpanasnya, ketika merkuri di kota Provinsi Xinjiang barat yang berdebu melonjak menjadi 52 derajat Celsius (125 derajat Fahrenheit) pada Juli.
Ibu Kota Beijing mencatat hari terpanas di bulan Juni dalam lebih dari 60 tahun pada suhu 51 derajat Celsius (123,8 derajat Fahrenheit), sebulan sebelumnya.
Gelombang panas yang hebat melanda bagian utara negara India pada Mei, dengan suhu naik ke rekor 49,2 derajat Celsius (120,5 Fahrenheit) di beberapa bagian Ibu Kota, Delhi.
Asia Tenggara juga mengalami rekor suhu di sejumlah negara pada April dan Mei yang biasanya merupakan bulan terpanas di wilayah tersebut.
Gelombang panas adalah salah satu bencana alam paling mematikan di dunia, terkadang membunuh lebih banyak orang daripada gempa bumi, angin topan, atau banjir.
Gelombang panas juga dapat melelehkan jalan, menghancurkan infrastruktur, dan memicu kebakaran hutan.
Beberapa ahli menyebut gelombang panas sebagai bencana diam-diam karena kematian seringkali tidak segera terlihat, gelombang panas juga dapat memicu kondisi yang sudah ada sebelumnya seperti diabetes, yang diperparah saat panas dan meningkatkan kemungkinan dehidrasi.
Panas yang ekstrem juga memaksa jantung untuk bekerja lebih keras. Kenaikan suhu inti tubuh hanya setengah derajat dapat meningkatkan detak jantung hingga 10 detak per menit.
Menurut Mayo Clinic, heatstroke dapat terjadi ketika suhu inti tubuh naik dan tetap di atas 40 derajat Celsius (104 derajat Fahrenheit). Ini dapat menyebabkan kegagalan organ, serangan jantung, dan bahkan kematian jika tidak ditangani.
Seorang profesor iklim perkotaan di Singapore Management University Winston Chow mengatakan suhu panas meningkatkan kelembapan di udara.
"Keringat di kulit Anda tidak bisa menguap begitu saja dan menghilangkan panas dalam kelembapan. Menjadi berbahaya ketika tubuh kehilangan kemampuan alami untuk mendinginkan diri," katanya.