The Wall Street Journal sangat prihatin atas keselamatan Gershkovich dan dengan keras menyangkal tuduhan FSB, serta mengupayakan pembebasan wartawan tersebut.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova mengatakan kegiatan Gershkovich di Yekaterinburg tidak terkait dengan jurnalisme dan bukan pertama kalinya peran jurnalisme asing digunakan sebagai kedok untuk kegiatan lain.
Kremlin kemudian mempertegas bahwa Gershkovich telah tertangkap basah. Wartawan asing lain yang meliput Rusia menyatakan dukungan untuk Gershkovich secara online. Mereka mengatakan dia adalah reporter profesional, bukan mata-mata.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengutuk Rusia karena menahan reporter Wall Street Journal (WSJ) Evan Gershkovich di Kota Yekaterinburg karena dicurigai melakukan spionase.
“Kami sangat prihatin atas penahanan seorang jurnalis warga AS yang dilaporkan secara luas oleh Rusia,” kata Blinken dalam sebuah pernyataan melansir Bloomberg, Kamis (30/3/2023).
Penangkapan wartawan ini diperkirakan memperburuk perseteruan diplomatik Moskow dengan Washington atas perang di Ukraina dan kemungkinan akan semakin mengisolasi Rusia.
Gedung Putih mengatakan Departemen Luar Negeri melakukan kontak langsung dengan pemerintah Rusia atas penahanannya dan mendesak warga AS yang tinggal atau bepergian di Rusia segera keluar dari negara itu.
"Kami mengutuk keras penahanan Gershkovich," kata Sekretaris Pers Gedung Putih Karine Jean-Pierre.
"Kami juga mengutuk penargetan dan penindasan terus-menerus yang dilakukan pemerintah Rusia terhadap jurnalis dan kebebasan pers."
Gershkovich mengatakan kepada pengadilan bahwa dia tidak bersalah. Spionase di bawah hukum Rusia dapat dihukum hingga 20 tahun penjara.
Puluhan Ribu Pengikut
Tatarsky, yang nama aslinya adalah Maxim Fomin, memiliki lebih dari 560.000 pengikut di Telegram dan merupakan salah satu blogger militer paling terkemuka yang memperjuangkan upaya perang Rusia di Ukraina sambil sering mengkritik petinggi tentara.
"Kami akan mengalahkan semua orang, kami akan membunuh semua orang, kami akan merampok semua orang yang kami butuhkan. Semuanya akan seperti yang kami suka," katanya dalam sebuah video September lalu dalam sebuah upacara Kremlin, saat Presiden Vladimir Putin mengklaim empat wilayah pendudukan Ukraina sebagai wilayah Rusia - langkah yang ditolak sebagai tindakan ilegal oleh sebagian besar negara.
Kantor berita TASS mengutip sumber yang tidak disebutkan namanya mengatakan bom itu disembunyikan di sebuah patung mini yang diserahkan kepada Tatarsky saat dia berbicara kepada sekelompok orang di kafe tersebut.
Mash, sebuah saluran Telegram dengan tautan ke penegak hukum Rusia, mengunggah video yang tampaknya menunjukkan Tatarsky, dengan mikrofon di tangan, disodori patung seorang prajurit berhelm. Ledakan itu terjadi beberapa menit kemudian.
Denis Pushilin, pemimpin yang ditempatkan Moskow di Provinsi Donetsk Ukraina yang diduduki oleh Rusia, menyatakan secara terbuka bahwa Ukraina yang harus disalahkan.
"Dia dibunuh dengan keji. Teroris tidak bisa melakukan sebaliknya. Rezim Kyiv adalah rezim teroris. Itu harus dihancurkan, tidak ada cara lain untuk menghentikannya," katanya.