Menurut Yi Fuxian, penurunan jumlah tenaga kerja serta bobot manufaktur di China akibat berkurangnya jumlah penduduk ini juga akan memperburuk kondisi harga tinggi dan inflasi tinggi yang terjadi di Amerika Serikat (AS) serta Eropa.
Untuk diketahui, pada 2022, pemerintah China mencatat tingkat kelahiran yang hanya berkisar pada angka 6,7 persen kelahiran per 1.000 orang.
Jumlah tersebut turun dari tingkat kelahiran di China pada 2021, yang masih mencapai angka 7,52 persen per 1.000 orang dan menjadi tingkat kelahiran terendah dalam sejarah China.
Sementara itu, Jumlah wanita China usia subur, yang didefinisikan pemerintah sebagai 25 sampai 35, turun sekitar 4 juta.
Penurunan demografi ini dinilai sebagai dampak dari penerapan kebijakan satu anak yang mulai diberlakukan pada 1980 hingga 2015.
Selain itu, tingginya biaya pendidikan di China juga menjadi penyebab lainnya, di mana hal ini membuat masyarakat China memutuskan untuk tidak memiliki lebih dari satu anak atau bahkan sama sekali tidak memiliki anak.