Potensi Konflik di Laut China Selatan dan peran Asean
China menyatakan perjanjian baru itu juga menandakan bahwa AS, Australia, dan Inggris memandang Laut China Selatan sebagai tempat utama untuk kontes melawan negara berpenduduk 1,3 miliar jiwa itu.
“Negara-negara Asean selalu berkampanye untuk menjaga Asia Tenggara sebagai “zona perdamaian, kebebasan, dan netralitas”, bebas dari campur tangan kekuatan luar,” ujar Chin sebagaimana dikutip ChannelNewsAsi.com, Rabu (22/9/2021).
Perlu dicatat bahwa pada tahun 1995, negara-negara anggota juga menandatangani Perjanjian Zona Bebas Senjata Nuklir Asia Tenggara berkomitmen untuk menjauhkan senjata nuklir dari kawasan tersebut.
Meskipun semua orang tahu bahwa China, AS, Inggris, dan Prancis mengabaikan protokol tersebut karena telah menggerakkan kapal perang bersenjata ke Laut China Selatan, Asean tetap tidak ingin melihat jumlah armada itu kian bertambah. Belum lagi adanya fakta pembangunan pangkalan militer China di pulau-pulau yang disengketakan di sana yang kian memperburuk keadaan.
Pada sisi lain, kapal selam bertenaga nuklir Australia berpotensi mengubah dinamika di Laut China Selatan dan membuat China jauh lebih khawatir.
Faktanya, sudah banyak insiden “berhadap-hadapan” antara angkatan laut China dan AS di perairan yang disengketakan. Demikian juga dengan kapal angkatan laut China dan kapal-kapal milik anggota Asean.
“Wilayah ini tidak lagi membutuhkan potensi "berhadap-hadapan" yang mengkhawatirkan,” ujar pengamat internasional itu. Pasalnya, negara-negara Asean sudah sangat khawatir tentang persaingan China-AS yang terjadi di halaman belakang mereka.
Karena itu pulalah Indonesia sangat tidak senang dengan Australia mengingat perjanjian baru itu akan berdampak secara langsung. Apalagi, Indonesia berbatasan laut dengan banyak negara di kawasan itu. Sebagian besar pemerintah Asia Tenggara juga telah menyatakan kegelisahannya dengan Aukus.
Karena itu pula persaingan China dan AS tidak seharusnya berdampak pada penyebaran pengetahuan senjata nuklir. Kedua pemain global juga harus menghormati negara-negara yang melarang untuk tidak menggunakan hal-hal yang terkait dengan senjata nuklir di wilayah itu.
Dengan demikian, Indonesia perlu menggalang negara-negara di Indo Pasifik yang menentang kehadiran nuklir untuk kepentingan militer. Tujuannya agar proyek kapal selam bertenaga nuklir Australia tidak dilanjutkan.
Apalagi Indonesia yang memiliki politik luar negeri bebas aktif berperan signifikan agar persaingan antara AS dengan China tidak mengganggu keamanan, perdamaian dan stabilitas kawasan apalagi kepentingan nasional Indonesia.