Di perguruan tinggi, Nadiem sudah mengeluarkan program untuk memerdekakan pembelajaran bagi mahasiswa dengan membebaskan mahasiswa belajar di luar kelas selama satu semester dan tetap dihitung dalam kredit semester.
"Dalam satu semester mahasiswa bisa melakukan proyek sosial, riset, magang di Industri, mengerjakan project entrepreneurship dan lain-lain. Ada berbagai macam kemerdekaan, dan di sini guru-guru dimerdekakan dari RPP yang berpuluh-puluh halaman menjadi hanya butuh satu halaman saja untuk menunjukkan rencana pembelajaran dia," terang Nadiem.
Kendati demikian, pelaksanaan AN yang disebut harusnya tanpa persiapan ini, tetap dimanfaatkan oleh para pelaku bisnis pendidikan. Banyak pihak membuat program yang semestinya tidak membebani para siswa tetap dibuat seperti program ujian yang perlu persiapan matang.
Beberapa akun di YouTube masih menayangkan contoh-contoh soal untuk persiapan Asesmen Nasional mulai dari membahas soal lengkap, simulasi AKM, kupas tuntas soal AKM, dan lainnya.
Kesannya para siswa masih harus latihan keras untuk melaksanakan penilaian ini. Beberapa warganet khawatir akan dijadikan “kelinci percobaan”. Pasalnya, dari contoh-contoh soal yang beredar dinilai lebih memusingkan dan dikhawatirkan membuat anak-anak malah tidak mau belajar.
“Tidak ada ujian nasional tapi soal untuk yang akan datang lebih ribet dan memusingkan. Tambah hancur anak Indonesia tidak mau belajar,” kata salah satu warganet dengan akun Mas Lim.
Adapun, keberadaan contoh-contoh soal ini nyatanya menimbulkan kekhawatiran dan kebingungan soal penilaian bagi jalur pendidikan lain seperti SMK, atau SLB untuk anak-anak berkebutuhan khusus yang pelajarannya jauh berbeda dengan pelajaran di SD, SMP, SMA biasa.
“Waduh...ini ribet banget ya lebih ribet dari UN atau UNBK...anak bahasiswa aja belum tentu bisa kerjakan secara benar 100 persen tolong dipertimbangkan lagi pak,” kata akun ranap sipahutar.