Bisnis.com, JAKARTA - Administrasi Donlad Trump melayangkan veto terhadap pencalonan kandidat Direktur Jenderal Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) asal Nigeria, Ngozi Okonjo-Iweala.
Veto AS terhadap Okonjo-Iweala membuka kemungkinan macetnya pemilihan selama berbulan-bulan dan gesekan diplomatik yang lebih besar dengan mitra dagang seperti Uni Eropa.
Wakil Perwakilan Dagang AS Dennis Shea mengatakan Washington tidak akan bergabung dalam konsensus untuk menunjuk Okonjo-Iweala karena AS mendukung lawannya, Menteri Perdagangan Korea Selatan Yoo Myung-hee.
"Saya terkejut dan kecewa dengan reaksi AS. Saya berharap Lighthizer akan lebih menghormati institusi itu," kata William Reinsch, Penasihat Senior di Pusat Kajian Strategis dan Internasional, dilansir Bloomberg, Kamis (29/10/2020).
Perwakilan Dagang AS (USTR) Robert Lighthizer mendukung Yoo meskipun Okonjo-Iweala memegang kewarganegaraan Amerika Serikat sejak 2019. Sumber yang dekat dengannya mengatakan dia memandang Okonjo-Iweala terlalu dekat dengan Robert Zoellick, mantan perwakilan dagang dari pemerintahan George Bush yang bekerja dengannya ketika dia menjadi Presiden Bank Dunia.
"Menteri Yoo adalah pakar perdagangan bonafide selama 25 tahun karirnya sebagai negosiator perdagangan dan pembuat kebijakan perdagangan yang sukses," kata kantor USTR dalam sebuah pernyataan.
Baca Juga
Keputusan WTO dibuat berdasarkan konsensus dari 164 anggotanya, yang berarti satu negara dapat menggagalkan pemilihan untuk menekan negara lain. Lembaga yang berbasis di Jenewa itu akan terus bekerja untuk mencapai konsensus menjelang pertemuan Dewan Umum yang secara tentatif digelar pada 9 November mendatang.
Molly Toomey, juru bicara Okonjo-Iweala mengatakan pihaknya tetap menantikan keputusan Dewan Umum pada 9 November mendatang.
"Sebuah kesimpulan yang cepat untuk proses tersebut akan memungkinkan anggota untuk mulai kembali bekerja, bersama-sama, mengenai tantangan dan prioritas yang mendesak," katanya.
Yoo dan USTR tidak menanggapi permintaan komentar. Sementara itu, Pemilu AS yang jatuh pada 3 November kini menjadi faktor kunci dalam pertarungan memperebutkan kursi pimpinan WTO yang semakin terherat dalam politik AS.
Jika Trump menang, para pembantunya telah mengindikasikan bahwa mereka berencana untuk terus membentuk kembali WTO dengan ruang lingkup yang lebih sempit untuk menyelesaikan sengketa perdagangan.
Adapun menurut sumber yang dekat dengan masalah ini, jika Joe Biden menang, kemungkinan anggota WTO akan menunda pertemuan sampai setelah pelantikan pada 20 Januari 2021. Meski begitu, kemungkinan perlu beberapa bulan setelah Biden menjabat sebelum Senat dapat mengonfirmasi posisi AS di WTO.
Kemunduran dalam perebutan kepemimpinan terjadi setelah Okonjo-Iweala, mantan menteri keuangan Nigeria, menerima dukungan penting dari komite seleksi WTO meskipun AS menyatakan dukungan untuk Yoo. Uni Eropa, Jepang, dan sebagian besar Afrika dan Amerika Latin mendukung Okonjo-Iweala.
Juru Bicara WTO Keith Rockwell mengatakan China akan mendukung hasil dari proses yang berlangsung. Sedangkan Uni Eropa menegaskan kembali komitmennya untuk tetap terlibat.
"Pemilihan direktur jenderal WTO sangat penting untuk masa depan organisasi. Sekarang sudah ada dua calon yang diumumkan sebagai finalis, kuat dan berpengalaman. Saatnya bagi anggota WTO untuk membuat pilihan," kata Komisi Eropa dalam pernyataan.
Jika Dewan Umum tidak menyetujui kandidat konsensus, anggota dapat mengadakan pemungutan suara untuk memilih Dirjen WTO berikutnya dengan mayoritas yang memenuhi syarat. Jika mekanisme itu dijalankan, Okonjo-Iweala kemungkinan akan memenangkan pemungutan suara tetapi perkembangan seperti itu belum pernah terjadi sebelumnya dan secara sistemik merugikan WTO yang berorientasi pada konsensus.
Okonjo-Iweala, 66 tahun, dua kali menjabat sebagai menteri keuangan Nigeria dan kini sebagai Ketua Aliansi Global untuk Vaksin dan Imunisasi. Dia berkampanye sebagai orang luar WTO dan seorang reformis yang mengatakan berencana untuk membawa pandangan baru ke organisasi yang kehilangan fungsi.