Bisnis.com, JAKARTA - Gunung Taal di wilayah Cavite, Filipina mengalami erupsi pada Minggu (12/1/2020) pukul 17.30 waktu setempat. Gunung tersebut berjarak sekitar 82 kilometer dari ibu kota Filipina, Manila.
Erupsi gunung ini mengakibatkan pembatalan sejumlah penerbangan, penutupan sekolah dan gedung pemerintah. Selain itu, sedikitnya 8.000 penduduk yang tinggal di daerah berbahaya dievakuasi.
Video saat erupsi gunung Taal beredar di media sosial Twitter dan ramai dibicarakan oleh warganet. Semburan partikel vulkanik gunung ke angkasa dibarengi terjadinya petir yang mengerikan.
Terjadinya petir pada saat erupsi gunung berapi tidak jauh berbeda dari mekanisme petir yang biasa. Hanya saja, awan cumulunimbus yang menjadi “sarang” petir tergantikan oleh awan kepulan uap air, abu, debu, dan partikel vulkanik lain yang menyembur ke angkasa secara massif. https://t.co/omhXSgDoyq
— BMKG (@infoBMKG) January 13, 2020
Dalam video tersebut, kilatan petir berwarna terang memanjang bersahutan di antara kepulan partikel vulkanik yang membumbung ke langit.
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menjelaskan bahwa terjadinya petir saat erupsi gunung berapi tidak jauh berbeda dari mekanisme petir biasa.
"Hanya saja, awan cumulunimbus yang menjari 'sarang' petir tergantikan oleh awan kepulan uap air, abu, debu, dan partikel vulkanik lain yang menyembur ke angkasa secara massif," cuit @infoBMKG, Senin (13/1/2020).
BMKG dalam threadnya juga menyampaikan ada beberapa teori tentang terjadinya petir vulkanik sebagai berikut :
1. Atom Netral Bertemu Energi Bebas
Sebagian besar atom-atom yang pada awalnya netral bertemu dengan banyak energi bebas yang hadir disertai suhu sekitar 1500 kelvin. Tentu ada energi yang cukup untuk melempar keluar elektron yang terikat lemah dari beberapa atom yang mengikat mereka.
Sementara pada saat yang sama ada atom atom yang ingin mengambil elektron yang baru dibebaskan ini.
Peristiwa tersebut menciptakan sejumlah besar ion-ion positif dan ion-ion negatif, proses selanjutnya adalah muatan ion negatif dan positif tersebut akan terpisah.
Ketika ion-ion tersebut terpisah dengan jarak yang cukup, muncullah beda potensial listrik yang akan menyebabkan sambaran petir.
2. Partikel Vulkanik Bertabrakan
Ketika gunung berapi meletus, gunung berapi mengeluarkan partikel abu panas, uap dan gas. Partikel mula-mula netral, tetapi dengan bertabrakan dengan satu sama lain mereka dapat mentransfer muatan satu sama lain dan berubah menjadi massa positif atau negatif.
Ketika partikel debu vulkanik bertabrakan satu sama lain, kemudian terjadi (ionisasi) pemisahan muatan terjadi dengan proses yang disebut aerodynamic sorting.
Pemisahan muatan positif dan negatif terjadi melalui adanya awan vulkanik yang menyebabkan awan tersebut bermuatan positif di salah satu ujung dan bermuatan negatif di ujung satunya lagi.
3. Partikel Besar dan Kecil Terpisah
Ketiga, teori lain berpendapat bahwa partikel yang lebih besar mungkin memiliki muatan negatif dan partikel yang lebih kecil mungkin memiliki muatan negatif. Sebagai partikel yang lebih besar jatuh lebih cepat, yang mungkin membuat pemisahan yang diperlukan untuk menghasilkan petir.
BMKG menegaskan, penelitian menunjukkan bahwa aktivitas gunung berapi bukan pemicu secara langsung terjadinya petir, jadi merkipun terjadi erupsi utama, tidak berarti kejadian petir memiliki kuantitas yang paling besar.