Sulit untuk dipungkiri kalau Malaysia masih riuh dengan adu kekuatan politik, maka pertaruhannya adalah masalah ekonomi.
Jika ekonomi kurang mendapat perhatian ketika para pemimpin politik dan masyarakat berseteru maka pertumbuhan ekonomi sebesar 4,7 persen yang ditarget untuk tahun ini bisa terganggu.
Artinya, sebagai negara yang lebih bergantung pada perdagangan di kawasan ini, Malaysia dapat menghadapi badai ekonomi yang lebih kuat di masa depan.
Pasalnya, ekonomi dunia berada dalam kondisi lesu sejak satu dekade terakhir. Sementara itu, Malaysia dengan sistem ekonomi terbuka yang berorientasi ekspor, belum terhindar dari keterpurukan.
Kendati kinerja ekonomi Malaysia bisa bertahan, namun indikator-indikator utama juga menunjukkan keputusan investasi yang melambat. Hal itu menandakan tantangan yang lebih besar tengah menghadang untuk pertumbuhan lapangan kerja.
Maklum, aktivitas manufaktur bulanan Malaysia yang diukur dengan Indeks Manajer Pembelian bertahan di bawah angka 50 pada tahun ini. Hal itu menunjukkan telah terjadi kontraksi.
Oleh karena itu, tenggat waktu yang pasti dari penyerahan kekuasaan Mahathir kepada Anwar, atau bahkan penggantinya yang dinilai tepat, sangat penting untuk mengembalikan stabilitas politik Malaysia.
Batas waktu tersebut juga akan memungkinkan Malaysia untuk lebih memperhatikan kebutuhan mendesak untuk memperbaiki ekonomi, yang selanjutnya akan memperkuat keharmonisan sosial.