Bagaimana perkembangan kunjungan pariwisata dari Indonesia ke Bosnia & Herzegovina atau sebaliknya?
Untuk wisatawan dari Bosnia & Herzegovina tidak mudah oleh karena jarak yang jauh mencapai 11.000 kilometer ke Indonesia. Mereka harus mengumpulkan uang sekitar US$3.000–US$6.000 per orang dan terbang selama 22 jam. Mereka butuh waktu menabung sekitar 1 tahun untuk bisa sampai ke Indonesia umumnya mereka ingin ke Bali. Saya tidak berani pasang target untuk kunjungan dari Bosnia & Herzegovina karena pertimbangan biaya tersebut, sebaliknya turis dari Indonesia ke Bosnia cukup banyak. Akan tetapi, program promosi terus dilakukan salah satunya dengan mengirim wartawan dari Bosnia & Herzegovina ke Indonesia. Lima jurnalis dari Indonesia juga ke Bosnia, selain itu, promosi juga dilakukan lewat program Business Matching yang diselenggarakan setahun sekali sejak 2016 sebagai bagian dari SBF.
Di bidang kebudayaan, apakah Anda memiliki target dan program khusus?
Sosial budaya, saya sudah banyak melakukan pertunjukan budaya dengan kekuatan sendiri. Saya menunjukkan kebudayaan Indonesia dalam berbagai kesempatan. Salah satunya dengan mengenalkan mahasiswa berpakaian adat Indonesia untuk acara-acara resmi KBRI diberbagai kegiatan, mereka senang dan memberi salam adat kita di berbagai kesempatan. Gambaran kedekatan saya salah satunya pengemudi KBRI di Sarajevo, warga asli Bosnia, yang memberi nama untuk anaknya sama dengan nama saya, Amelia. Lalu, dia juga menggelar syukuran di KBRI dengan tradisi Jawa. Hal ini menunjukkan ikatan batin yang kuat secara budaya.
Selain itu juga ada kunjungan Muhibah Angklung ke Bosnia yang memukau warga Bosnia. Saya pernah mengajukan kepada Menteri Pariwisata sekiranya dapat membantu dengan mendatangkan penari-penari dari Indonesia seperti tarian tradisional Hanoman dan Cakil untuk acara resepsi diplomatik, tetapi tidak ada tanggapan dan baru ada surat dari Kantor Menpar yang mengatakan tidak ada dana. Tentu saya sangat kecewa dengan alasan tersebut. Sejak itu, saya melakukan promosi Indonesia dengan kekuatan sendiri, saya memperkenalkan Indonesia melalui kuliner Indonesia seperti Nasi Kuning lengkap dengan lauk pauknya saat resepsi diplomatik.
Saya turut ambil bagian tari Poco-poco bersama seluruh staf KBRI setiap acara Diplomatic Winter Bazaar, kami memperkenalkan masakan Indonesia seperti Mie Bakso, Risoles, Kerupuk Udang, Nasi Kuning, Rendang dan lain-lain yang menjadi favorit warga Bosnia dari anak-anak sampai orang tua. Pada Diplomatic Winter Bazaar tersebut selalu ludes habis, hasil penjualan seluruhnya untuk amal, pada bulan Desember 2018 kami menyumbang hasil penjualan makanan KM 1.600 atau Rp13.600.000, biasanya dana terkumpul dari bazaar sebesar KM 220.000 atau Rp1.870.000.000 yang seluruhnya didonasikan untuk Bosnia-Herzegovina.