Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Libor Tak Ingin Kalah dari SOFR

London Interbank Offered Rate (Libor) masih berupaya mempertahankan statusnya sebagai patokan utama global untuk aset berbasis dolar AS seiring munculnya pertanyaan terkait kredibilitas pesaingnya dari Amerika Serikat, Secured Overnight Financing Rate (SOFR).
Ilustrasi./.Bloomberg
Ilustrasi./.Bloomberg

Kabar24.com, JAKARTA – London Interbank Offered Rate (Libor) masih berupaya mempertahankan statusnya sebagai patokan utama global untuk aset berbasis dolar AS seiring munculnya pertanyaan terkait kredibilitas ‘pesaingnya’ dari Amerika Serikat, Secured Overnight Financing Rate (SOFR).

Di satu sisi, terdapat suku bunga acuan yang berbasis di London. Kendati sering diterpa berbagai skandal, Libor masih dapat mendukung lebih dari US$370 triliun instrumen dalam berbagai mata uang.

Di sisi lain, berdiri penerus potensialnya, SOFR, yang disusun selama lebih dari empat tahun oleh Federal Reserve Bank of New York dan Dewan Gubernur The Fed, begitu pula oleh raksasa Wall Street, mulai dari JPMorgan Chase&Co, Goldman Sachs Group Inc., hingga BlackRock Inc.

Ward McCarthy, Kepala Ekonom Keuangan di Jefferies LLC menyatakan, mengganti Libor akan menjadi terobosan yang besar di dalam pasar keuangan dalam tahun-tahun mendatang.

“Namun, terdapat lebih dari US$300 triliun aset keuangan yang terikat dengan Libor. Jika anda ingin mengganti [Libor] menjadi yang lain, akan muncul potensi jurang dalam US$300 triliun tersebut,” ungkapnya, seperti dikutip Bloomberg, Senin (7/5).

Adapun upaya ICE Benchmark Administration (IBA) untuk  membangkitkan Libor bisa dikatakan datang di saat yang tepat. Pasalnya, tantangan terbesar Libor, yaitu SOFR, tengah mendapat pengawasan ketat setelah terjadi kekeliruan inklusi atas beberapa transaksinya. Hal itu pun telah merusak debut SOFR sejak bulan lalu.

Adapun, transaksi berjangka terikat dengan penetapan acuan untuk memulai perdagangan setiap Senin di Chicago. Oleh karena itu, setiap kerusakan kredibilitas dari suatu acuan dapat mengurangi keyakinan pasar untuk beralih ke tingkat acuan tersebut, meskipun berada di posisi yang tinggi.

Selama beberapa dekade, Libor telah menawarkan jalur yang dapat diandalkan untuk menentukan harga segalanya, mulai dari utang pelajar dan hipotik hingga derivatif yang rumit. Kalkulasi Libor datang dari survei atas lebih dari 15 perbankan besar. dengan mengestimasikan jumlah dana yang diperlukan untuk meminjam dari bank tersebut tanpa memberikan jaminan.

Namun, perdagangan dengan estimasi seperti itu telah menjadi kesempatan untuk pelanggaran, seperti  manipulasi. Meningkatnya praktik manipulasi membuat para pembuat kebijakan dipaksa mengambil tindakan.

Tahun lalu, pejabat Inggris pura-pura memberikan sinyal untuk mengakhiri penggunakan acuan Libor dengan menyatakan bahwa mereka akan menghentikan keharusan bank untuk mengajukan quotes setelah 2021.

Kendati demikian, perusahaan induk dari IBA, Intercontinental Exchange Inc., yang mengambil alih Libor dari British Bankers Association pada 2014 menyatakan tidak akan membiarkan acuannya tergantikan tanpa melawan. Sejauh ini, terdapat lebih dari US$150 triliun dari aset keuangan yang terikat dengan versi denominasi dolar AS dan ICE menghasilkan uang dari melisensikannya.

Dalam beberapa pekan ke depan, Intercontinental Exchange Inc. berencana memperkuat Libor dengan memperkenalkan prosedur baru untuk derivatif perbankan global dan menyerahkan quotes untuk mengembangkan tingkat acuan.

Pergeseran ke metodologi yang disebut ‘metodologi air terjun’ terebut memperlihatkan perusahaan mulai menetapkan submisi untuk transaksi keseluruhan yang memenuhi syarat, termasuk pendanaan tanpa jaminan.

Jika tidak ada transaksi seperti itu, bank dapat menggunakan quotes dari transaksi di pasar sekunder. Jika tetap tidak ada data yang tersedia, quotes broker dan pengamatan pasar lain dapat digunakan untuk menggantikan transaksi yang memenuhi syarat tersebut.

“Kami mendengar umpan balik yang signifikan dari bank dan nasabah mereka bahwa mereka ingin melihat Libor tetap digunakan bahkan setelah 2021, bersama dengan risiko alternatif tariff gratis (free rates),” ujar Claire Miller, Juru Bicara ICE.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dwi Nicken Tari
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper