Kabar24.com, JAKARTA—Pemerintah China berencana menerbitkan obligasi berdenominasi dolar setelah terakhir melakukan emisi tersebut pada 13 tahun lalu.
Rencana itu disambut pasar yang sudah menyiapkan pembelian luar biasa di dalam negeri.
Monex Investindo Futures dalam publikasi risetnya, Jumat (15/9/2017), menyampaikan, pemerintah China berencana kembali ke pasar untuk pertama kalinya sejak 2004, meski hampir tidak membutuhkan dana karena kemampuannya untuk mengumpulkan uang di dalam negeri.
Rencana penerbitan obligasi pemerintah senilai US$2 miliar dilihat pelaku pasar sebagai langkah untuk mengurangi biaya pinjaman perusahaan milik negara China, ketimbang sebagai gejala ketidakmampuan menggalang dana di dalam negeri.
Karena devaluasi mata uang yuan yang mengejutkan pasar global pada 2015, BUMN setempat yang bergerak di bidang energi dan transportasi merasa perlu menerbitkan obligasi dolar AS. Tujuannya ialah membantu mendanai operasi internasional perusahaan.
Hal ini sejalan dengan usaha Presiden China Xi Jinping mendorong ekspansi ke luar negeri melalui proyek pengembangan Jalan Sutra, sehingga perusahaan BUMN China ini memerlukan banyak pembiayaan dalam dolar.
Baca Juga
Mengutip dari Bloomberg, kepala investasi untuk pendapatan tetap Asia-Pasifik Invesco Hong Kong Ltd., Ken Hu menyampaikan, obligasi dolar China yang akan datang akan menjadi obligasi acuan Asia yang paling penting.
Pada perdagangan Jumat (15/9/2017) pukul 18.59 WIB, mata uang yuan (CNY) turun 0,17% menuju 6,54448 per dolar AS. CNY merosot setelah melakukan reli dalam lima perdagangan terakhir.
Adapun indek dolar AS (DXY) pada pukul 18.50 WIB terkoreksi 0,34% atau 0,317 poin menjadi 91,807. Harga merosot dalam dua perdagangan terakhir.
Bisnis.com, JAKARTA—Pemerintah China berencana menerbitkan obligasi berdenominasi dolar setelah terakhir melakukan emisi tersebut pada 13 tahun lalu. Rencana itu disambut pasar yang sudah menyiapkan pembelian luar biasa di dalam negeri.
Monex Investindo Futures dalam publikasi risetnya, Jumat (15/9/2017), menyampaikan, pemerintah China berencana kembali ke pasar untuk pertama kalinya sejak 2004, meski hampir tidak membutuhkan dana karena kemampuannya untuk mengumpulkan uang di dalam negeri.
Rencana penerbitan obligasi pemerintah senilai US$2 miliar dilihat pelaku pasar sebagai langkah untuk mengurangi biaya pinjaman perusahaan milik negara China, ketimbang sebagai gejala ketidakmampuan menggalang dana di dalam negeri.
Karena devaluasi mata uang yuan yang mengejutkan pasar global pada 2015, BUMN setempat yang bergerak di bidang energi dan transportasi merasa perlu menerbitkan obligasi dolar AS. Tujuannya ialah membantu mendanai operasi internasional perusahaan.
Hal ini sejalan dengan usaha Presiden China Xi Jinping mendorong ekspansi ke luar negeri melalui proyek pengembangan Jalan Sutra, sehingga perusahaan BUMN China ini memerlukan banyak pembiayaan dalam dolar.
Mengutip dari Bloomberg, kepala investasi untuk pendapatan tetap Asia-Pasifik Invesco Hong Kong Ltd., Ken Hu menyampaikan, obligasi dolar China yang akan datang akan menjadi obligasi acuan Asia yang paling penting.
Pada perdagangan Jumat (15/9/2017) pukul 18.59 WIB, mata uang yuan (CNY) turun 0,17% menuju 6,54448 per dolar AS. CNY merosot setelah melakukan reli dalam lima perdagangan terakhir.
Adapun indek dolar AS (DXY) pada pukul 18.50 WIB terkoreksi 0,34% atau 0,317 poin menjadi 91,807. Harga merosot dalam dua perdagangan terakhir.