Bisnis.com, JAKARTA - Bank Sentral China secara efektif akan menghapus persyaratan simpanan (reserve requirement) dalam memperdagangkan mata uang asing berjangka. Langkah ini bertujuan memperlambat laju apreasiasi yuan.
Pada penutupan perdagangan akhir pekan, yuan ditutup melemah 0,0074 poin atau 0,11% menuju 6,4944 per dolar AS. Harga sempat diperdagangkan di posisi 6,4350 per dolar AS, atau level tertinggi sejak Desember 2015.
Menurut sumber Bloomberg yang mengetahui masalah ini, People’s Bank of China (PBOC) akan memotong uang tunai yang disisihkan oleh lembaga keuangan untuk perdagangan forex sampai dengan 0%, dari sebelumnya 20%. Perubahan tersebut diperkirakan berlaku mulai 11 September 2017.
PBOC sebelumnya mewajibkan reserve requirement pada Oktober 2015. Saat itu, otoritas bertujuan membatasi pelemahan dolar AS ketika yuan melemah.
Ahli strategi TD Securities Sacha Tihanyi menuturkan, penghapusan reserve requiremen dapat mengurangi penguatan yuan. Mata uang China itu telah reli 5% dalam 3 bulan terakhir.
“Ini cara yang baik untuk memberi sinyal ketidaknyamanan terhadap apresiasi yuan dan mengintervensi pasar,” paparnya seperti dikutip dari Bloomberg, Sabtu (9/9/2017).
Baca Juga
Informasi mengenai rencana PBOC membuat yuan ditutup melemah, setelah sebelumnya mengalami reli tinggi akibat pelemahan dolar AS.
Ahli strategi mata uang asing Standard Chartered Bank Robert Minikin menuturkan, langkah ini sebenarnya adalah cara yang baik untuk mengintervensi pasar.
“Kebijakan baru ini memberikan sinyal yang cukup penting, menunjukkan pihak berwenang merasa penguatan yuan dapat merusak sisi ekspor,” ujarnya.