Bisnis.com, JAKARTA - Tak jauh dari kawasan Kota Tua Jakarta, berdiri museum Bank Indonesia. Bangunan bergaya Indies ini terletak di Jalan Pintu Besar Utara No.3, Jakarta Barat, atau sekitar 10 menit jika ditempuh dengan berjalan kaki dari Stasiun Jakarta Kota.
Sebelum berfungsi sebagai museum, bangunan tersebut memiliki sejarah panjang. Data Entry Officer yang merangkap sebagai pemandu museum BI, Ade Irsyad mengatakan, bangunan ini pertama kali didirikan pada 1828.
"Didirikan oleh pemerintah Kolonial Belanda. Waktu itu [gedung] bernama De Javasche Bank," ujarnya kepada Bisnis.com, Sabtu (12/12/2015).
Ade menambahkan bank tersebut dibangun untuk memenuhi kebutuhan orang Belanda yang pada waktu itu menjajah sebagian wilayah Indonesia. Terutama kebutuhan perbankkan.
Menurutnya, kebutuhan perbankkan ini didorong oleh aktivitas perdagangan di Hindia Belanda waktu itu. Selain itu, pendirian ini sekaligus untuk memangkas jarak antara Belanda dan kepulauan di nusantara.
"Jarak itu juga berpengaruh, makanya pemerintah Kolonial kemudian membangun bank di Batavia (Jakarta). Supaya orang Belanda yang akan menggunakan jasa perbankan, tidak harus ke Belanda," jelasnya lagi.
Perubahan terjadi setelah pendudukan Jepang pada 1942. Waktu itu, De Javasche Bank ditutup oleh pemerintah pendudukan Jepang. Sejumlah emas batangan berhasil diselamatkan pemerintah Hindia Belanda ke luar negeri.
"Bank baru dibuka kembali setelah Jepang kalah dan Belanda melancarkan agresinya ke Indonesia pada 1946," katanya.
Pemerintah Indonesia yang baru lahir juga membentuk bank sendiri. Kebetulan agresi militer Belanda membuat Indonesia dibagi menjadi dua wilayah.
Wilayah Indonesia meliputi Jawa dan Sumatra, sedangkan Belanda wilayah Kalimantan, Sulawesi, Papua, Bali, Maluku, dan Nusa Tenggara.
"Pada tahun yang sama yakni 1946 Indonesia mendirikan Bank Nasional Indonesia. Bank ini digunakan di wilayah Indonesia sedangkan De Javasche Bank di wilayah Belanda," imbuh Ade lagi.
Setelah Indonesia menerima kedaulatan dari Belanda pada 1949. Pemerintah Indonesia mulai menasionalisasikan aset yang sebelumnya dikuasi Belanda. Nasionalisasi De Javasche Bank dilakukan pada 1951.
"Waktu itu pemerintah Indonesia membeli suluruh saham bank milik Belanda itu. Sejak itu pula namanya diganti menjadi Bank Indonesia," imbuhnya lagi.
Hingga 1999, bangunan ini masih digunakan sebagai pusat kegiatan Bank Indonesia. Namun setelah tahun tersebut, aktivitas perbankan di Bank Indonesia secara bertahap dialihkan di kantor yang berada di Jalan Mohamad Tamrin.
"Sebenarnya bangunan ini masih difungsikan sebagai kantor kas. Baru pada 2009, bangunan ini resmi menjadi Museum Bank Indonesia yang diresmikan oleh Presiden ke 6 Susilo Bambang Yudhoyono," jelasnya.