Kabar24.com, PARIS -- Serangan bom di kota Paris, Jumat (13/11) lalu dinilai sebagai bentuk perubahan taktik teror yang tak hanya menyasar Prancis tapi juga mengincar Eropa.
Jaket bunuh diri yang dikenakan oleh para penyerang di Paris pada Jumat lalu, yang merupakan serangan pertama bagi Paris, dibuat oleh seorang ahli yang masih menjadi figur penting di Eropa, ujar ahli intelijen dan keamanan.
Ketujuh militan mengenakan jaket berbahan peledak sejenis dan tidak ragu-ragu untuk meledakkan diri mereka sendiri, sebagai suatu perubahan taktik militan yang mengkhawatirkan terhadap Prancis.
Tidak seperti serangan di London pada 2005 silam yaitu para pengebom menggunakan bahan peledak yang disimpan di dalam tas, pelaku pada serangan Jumat memakai jaket peledak yang biasanya dikaitkan dengan pemboman di Timur Tengah.
"Jaket bunuh diri membutuhkan seorang ahli amunisi, untuk membuat bahan peledak yang efektif dan dapat diandalkan bukanlah sesuatu yang dapat dilakukan oleh sembarang orang," ujar seorang mantan intelijen Perancis yang tidak ingin disebutkan namanya.
"Seorang ahli amunisi adalah seseorang yang terbiasa menangani bahan peledak, yang mengerti cara membuatnya, untuk mengolahnya sedemikian rupa yang membuat sabuk atau jaket tersebut tidak praktis hingga orang tersebut tidak dapat bergerak. Dan harus tidak meledak secara tidak sengaja," tambahnya.
Pihak berwenang Prancis mengatakan bahwa jaket tersebut sepertinya dibuat dari TATP, atau aseton peroksida, yang mudah diramu oleh amatiran namun sangat tidak stabil.
Jaket tersebut juga dilengkapi baterai, tombol peledak, dan pecahan logam untuk memaksimalkan efek ledakan.
Mantan kepala intelijen mengatakan bahwa para pelaku tidak membawa jaket tersebut dari Suriah karena semakin jaket itu terguncang maka resikonya semakin rawan.
Dirinya juga menambahkan bahwa pembuat bom berada di Perancis atau Eropa, salah satu atau beberapa orang yang telah kembali dari wilayah militan dan yang telah belajar di sana.
Bukan serdadu umpan meriam Tiga orang ahli mengatakan bahwa jaket tersebut dibuat oleh seseorang di luar kelompok yang melakukan serangan tersebut.
"Ahli bahan peledak tersebut terlalu berharga, dirinya tidak akan pernah berpartisipasi dalam serangan," ujar Alain Chouet, mantan direktur agensi intelijen eksternal Perancis DGSE.
"Jadi dia berada di sekitar, di suatu tempat," tambahnya.
"Pembuat bom tersebut bukan serdadu umpan meriam," ujar Pierre Martinet yang merupakan mantan direktur instansi yang sama dan kini bekerja dalam bidang keamanan.
"Orang tersebut ada untuk membuat lebih banyak jaket peledak bunuh diri dan memperbolehkan orang lain untuk melakukan serangan," tambahnya.
Membuat jaket tersebut sangatlah rumit.
"Pembuatan dapat dilakukan dalam beberapa hari. Namun membutuhkan berminggu-minggu pelatihan, dan harus bekerja dalam pengawasan sang 'ahli', sebuah pekerjaan yang menuntut ketelitian," ujar mantan kepala intelijen tersebut.
Sebelum dilaksanakannya konferensi iklim global di bagian utara Paris bulan ini, diikuti oleh perayaan tahun baru dan kejuaraan sepak bola Euro 2016, keprihatinan sedang tinggi saat ini.