Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Penembakan Gereja Charleston: Keluarga Korban Tawarkan Ampunan

Keluarga korban penembakan gereja kulit hitam di Charleston, South Carolina, justru menawarkan ampunan bagi pelaku penembakan, Dylann Roof.
Dylann Storm Roof (tengah) pelaku penembakan di Gereja Emanuel, Charleston, Carolina Selatan/Reuters
Dylann Storm Roof (tengah) pelaku penembakan di Gereja Emanuel, Charleston, Carolina Selatan/Reuters

Roof sedikit berbicara pada sidang perdananya, hanya menjawab, "Ya, Pak" atau "Tidak, Pak" merespons pertanyaan para hakim serta menyebut usianya.

Kerabat korban masuk ke ruang sidang berdua atau bertiga sebelum Roof muncul. Mereka tampak tenang saat menatap terdakwa, yang ditangkap di Shelby, North Carolina, Kamis.

Selain Tywanza Sanders, korban pembunuhan yang lain meliputi senator Demokrat Clementa Pinckney, 41; DePayne Middleton Doctor, 49; Sharonda Coleman Singleton, 45; Cynthia Hurd, 54; Susie Jackson, 87; Ethel Lance, 70; Myra Thompson, 59, dan Daniel Simmons, 74.

Roof bisa dihukum mati jika terbukti bersalah. Gubernur South Carolina Nikki Haley mendesak para penuntut mengupayakan hukuman mati terhadap dia.

Namun keluarga korban menawarkan maaf dalam sidang di pengadilan.

"Saya tidak akan pernah berbicara dengannya lagi. Saya tidak akan pernah memeluknya lagi," kata anak perempuan Lance, Nadine Collier, yang mengatakan kepada Roof, "Kau telah melukai banyak orang, tapi Tuhan mengampunimu dan saya memaafkanmu."

Keluarga terdakwa, dalam penampakan pertama mereka ke publik sejak penembakan, menyampaikan pernyataan lewat pengacara Roof, menyatakan "simpati dan duka cita mendalam."

"Kata-kata tidak bisa mengungkapkan keterkejutan kami, berduka dan tidak percaya dengan apa yang terjadi malam itu. Kami terpukul dan berduka atas kejadian itu," demikian pernyataan itu.

Tuntutan rasial dalam perkara penembakan itu menjadi resonansi khusus di Charleston, yang pada masa lalu merupakan pelabuhan terbesar untuk perdagangan budak Amerika Serikat dan tempat tembakan pertama dilepaskan selama Perang Sipil Amerika dalam pertempuran Fort Sumter, garnisun Union di Charleston Harbor.

"Ini bukan semata penembakan massal, bukan semata masalah kekerasan bersenjata, ini adalah kejahatan kebencian ras dan harus dihadapi demikian," kata Cornell William Brooks, presiden National Association for the Advancement of Colored People (NAACP) yang dibentuk 1909 untuk menentang hukuman mati tanpa sidang di Amerika Serikat.

Pada Jumat (19/6/2015) malam, ratusan orang berduka memenuhi salah satu ruangan kampus College of Charleston untuk berdoa bagi korban. Di satu titik, dengan arahan pemandu kur, kerumunan orang multi-ras itu melantunkan dua himne.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper