Bisnis.com, JAKARTA - President & General Manager Total E&P Indonesie Hardy Pramono selalu tampil low profile. Namun untuk menggenjot kinerja ia tak mau tanggung-tanggung. "Kami telah menyumbangkan Rp60 triliun kepada negara Indonesia dan berkomitmen terus mengembangkan produk terbaik," katanya.
'Pekerjaan rumah' yang paling anyar adalah target produksi gas pada South Mahakam Project Phase 3 (SMK 3) yang harus mencapai 80 juta kaki kubik per hari (million metrick standart cubic feet per day/MMscfd). Platform yang telah dibangun di lapangan gas SMK 3 ini didesain untuk dapat mengelola eksploitasi gas lebih dari target.
Ia juga berkomitmen terus menciptakan inovasi untuk energi yang lebih baik sesuai dengan mottonya: Committed to better energy.
Dalam perbincangan dengan Bisnis.com, Hardy yang sebelumnya menjabat sebagai Executive Vice President East Kalimantan District& Operation, ini menaruh perhatian penuh terhadap etika jurnalistik. Total bersama Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) meluncurkan buku Etika Jurnalisme Migas, Panduan untuk Wartawan karya Agus Sudibyo hari ini (Selasa, 21 April 2015).
Ia berharap buku yang diterbitkannya bisa sebagai navigasi bagi para wartawan dalam menulis berita seputar migas. "Ini bukan yang terakhir, saya berharap akan muncul buku lain yang lebih baik dan bermanfaat bagi publik."
Ketua Dewan Pers Bagir Manan menyambut baik gagasan Hardy. Bagi Bagir, upaya Total E&P Indonesie itu bisa meningkatkan kualitas berita yang mendidik publik, namun tetap bersikap kritis. Sebab, katanya, persoalan migas menyangkut dampak sosial politik yang sangat besar.
Hadir juga dalam acara tersebut Kepala Humas SKK Migas Rudianto Rimbono dan Ketua Dewan Kehormatan PWI Pusat Ilham Bintang dan sejumlah wartawan senior a.l. CEO dan Pemimpin Umum Sinar Harapan Daud Sinjal dan VP HR, Communications and General Services Arividya Novianto.
Persoalan etika menjadi topik hangat dalam perbincangan itu. Apa lagi Ilham Bintang mengungkapkan sebanyak 80% wartawan Indonesia tidak membaca kode etik jurnalistik. "Makanya banyak berita karangan, informasi bohong, mencampuradukkan fakta dan opini."
Hardy hanya tersenyum kecil ketika disindir Bagir sebagai profesional yang tidak perlu lagi bersusah-susah belajar seperti halnya wartawan. Wartawan, kata Bagir, umumnya sarjana dari berbagai jurusan sehingga harus belajar lagi tentang jurnalistik.
Berbeda dengan Hardy, yang jebolan Teknik Fisika ITB, langsung bergelut di sektor migas. Betul, pria Jawa ini memang memulai karir di Total sebagai Junior Rotating Machinery. Kemudian, dipercaya sebagai Site Manager BSP Processing Terminal di Senipah. Ia juga pernah ditempatkan di lapangan produksi Total di Tierra Del Fuego District, Argentina, hingga mengukir sejarah baru sebagai anak bangsa pertama yang menjadi pemimpin puncak Total E&P Indonesie.
Hardy Pramono, Etika Jurnalistik dan Setoran Rp60 triliun
President & General Manager Total E&P Indonesie Hardy Pramono selalu tampil low profile. Namun untuk menggenjot kinerja ia tak mau tanggung-tanggung. "Kami telah menyumbangkan Rp60 triliun kepada negara Indonesia dan berkomitmen terus mengembangkan produk terbaik," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Penulis : Lahyanto Nadie
Editor : Lahyanto Nadie
Topik
Konten Premium
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.
9 jam yang lalu
Menakar Nasib Spektrum Frekuensi Merger FREN dan EXCL
11 jam yang lalu
Gejolak Akibat Harga Kopi Melonjak
Artikel Terkait
Berita Lainnya
Berita Terbaru
50 menit yang lalu