Bisnis.com, JAKARTA— Pemerintah meminta aset inventaris Pramuka tidak berubah menjadi lahan komersial, sehingga ruang melatih jiwa, raga dan jambore menjadi semakin minim.
Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan dengan memiliki lahan atau lapangan terbuka maka generasi muda bisa rutin berlatih Pramuka sehingga bisa membentuk jiwa dan raganya.
"Bagaimana mungkin Pramuka bisa baik kalau sarana seperti lapangan terbuka tak ada. Makanya aset milik Pramuka jangan dijual dijadikan mal, ruko atau hotel," kata Jusuf Kalla saat membuka Rapat Koordinasi Kwartir Daerah Gerakan Pramuka Se-Indonesia dan Pertemuan Sekretaris Kwarda 2014, di Jakarta, (8/11).
Dia juga mengkritik jika ada pengurus Pramuka yang menjual inventaris lahan terbuka yang seharusnya bisa dipergunakan untuk berbagai kegiatan dan latihan Pramuka.
"Jadi kalau ada ketua Kwarda di daerah yang mendapat hibah lahan terbuka lalu diubah menjadi kebun sawit dan saat ini ditahan, ya wajar saja. Kan memang peruntukannya untuk kegiatan Pramuka," tuturnya.
Menurutnya, Pramuka juga harus direvitalisasi dengan mengembalikan kepada tujuan awal yaitu membangun jiwa dan raga sehingga keberadaannya benar-benar dapat berfungsi dan berguna bagi masyarakat.
"Saat ini yang terjadi adalah generasi menggunakan baju Pramuka berwarna coklat dengan lambang-lambangnya namun tak tahu apa itu maknanya. Saya pikir bukan begitu cita-cita yang diinginkan oleh pendiri Pramuka Baden Powell," kata Jusuf Kalla.
Untuk menjadi Pramuka, kata wapres, seseorang harus memahami dan latihan tidak hanya sekadar menggunakan pakaian berwarna coklat serta hanya ikut dalam berbagai kegiatan seperti jambore dan kemah.
"Kalau sudah jambore mulai dari bupati sampai supir semua menggunakan pakaian Pramuka. Lalu untuk apa kita yang berlatih sejak awal untuk menjadi Pramuka dan berhak memakai pakaian Pramuka kalau semua orang bisa pakai baju coklat?," tambahnya.