Bisnis.com, BANDUNG -- Produksi susu dalam negeri tahun ini diprediksi tidak mengalami peningkatan dibanding produksi tahun lalu menyusul pembibitan sapi yang masih dalam tahap recovery.
Gabungan Koperasi Susu Indonesia mencatat selama empat bulan produksi susu tidak mengalami kenaikkan sama sekali akibat proses recovery yang masih berlangsung.
Ketua GKSI Dedi Setiadi mengatakan proses recovery tersebut membutuhkan waktu dua tahun agar produksi susu kembali meningkat.
Namun demikian, lanjutnya, harga susu tetap stabil di kisaran Rp5.000-Rp5.500 per liter yang dipasok ke industri pengolahan susu (IPS).
“Memang harga susu tetap stabil, tapi tetap saja peternak tidak mampu mendongkrak peroduktivitas akibat sapi yang masih tahap recovery,” ujarnya kepada Bisnis, Minggu (19/10/2014).
GKSI mencatat pada 2012 jumlah sapi perah mencapai 425.000 ekor menyusut menjadi 400.000 ekor pada 2013. Sementara pada 2014 hanya mencapai 375.000 ekor.
Kondisi demikian memicu pada produksi susu tahun ini yang stagnan atau minimal sama dengan tahun lalu sekitar 1,4 juta ton-1,7 juta ton.
“Pada semester I/2014 produksi susu nasional baru mencapai sekitar 700.000-800.000 ton,” ujarnya.
Dia menyebutkan kontribusi susu nasional saat ini masih sekitar 20%-25%, sisanya masih impor. “Pemerintah harus memperbanyak bibit ke peternak dengan cara kerja sama bersama pihak swasta. Karena harganya bisa lebih murah sehingga produksi susu bisa besar,” katanya.
Dedi menjelaskan selama ini peternak tidak bisa membeli bibit sapi perah impor untuk meningkatkan produksi susu karena harganya yang mencapai Rp40 juta per ekor.
GKSI mengharapkan adanya insentif dari pemerintah untuk meringankan peternak dalam memperoleh bibit sapi baik berupa bunga rendah maupun harga jual yang murah.
Dinas Peternakan (Disnak) Jawa Barat berusaha menggenjot produktivitas susu sapi perah dengan meningkatkan jumlah sapi betina produktif dengan program rearing atau pembesaran sapi perah.
Kepala Disnak Jabar Doddy Firman Nugraha mengungkapkan sekitar 80% produksi susu untuk IPS di kawasan itu masih harus diimpor sehingga produktivitas sapi perah perlu diperhatikan lebih mendalam.
”Untuk menjaga dan meningkatkan produktivitas susu dari sapi perah di Jabar pemerintah menggenjot efektivitas program rearing dari pelaksanaan perkawinan indukan,” katanya.
Dia menjelaskan program rearing ini antara lain pemeliharaan pedet masa sapi, pemeliharaan pedet lepas sapi, pemeliharaan sapi dara, dan pemeliharaan sapi laktasi.
Doddy menyebutkan jumlah sapi betina produktif pada awal 2013 sekitar 120.000 ekor dan saat ini yang tercatat 103.000 ekor.
Pembibitan Sapi Perah Stagnan
Produksi susu dalam negeri tahun ini diprediksi tidak mengalami peningkatan dibanding produksi tahun lalu menyusul pembibitan sapi yang masih dalam tahap recovery.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Penulis : Adi Ginanjar Maulana/Hedi Ardhia
Editor : Martin Sihombing
Topik
Konten Premium
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.
3 jam yang lalu
Bank BJB (BJBR) Bicara Dividen dan Strategi Anorganik
Artikel Terkait
Berita Lainnya
Berita Terbaru
6 jam yang lalu
Kala Prabowo Ingin Maafkan Koruptor demi Asset Recovery
11 jam yang lalu
Respons BI soal Pabrik Uang Palsu di UIN Makassar
12 jam yang lalu