Bisnis.com, MALANG — Pemkab Malang menargetkan penanaman ketela pohon (singkong) di daerah tersebut bisa mencapai 100.000 hektare sehingga dapat memenuhi kebutuhan untuk industri maupun non-industri.
Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Kab. Malang Tomie Herawanto mengatakan secara nasional kebutuhan ketela pohon mencapai 80.000 ton/tahun, namun pasokannya hanya sekitar 20.000 ton/tahun.
“Jadi masih kekurangan sekitar 60.000 ton/tahun,” kata Tomie di Malang, Rabu (4/6/2014).
Ketela pohon biasanya digunakann untuk bio ethanol, diversifikasi makanan, pembuatan tapioka, maupun makanan ringan, serta keripik.
Dengan kebutuhan ketela pohon yang masih besar, maka penanaman komoditas sangat prospektif.
Apalagi Pemkab Malang telah menemukan varietas tanaman ketela pohon unggul, madep mantep, dengan produksi satu pohon bisa mencapai rata-rata 50 kg. Padahal rata-rata produksi ketela pohon hanya berkisar 15 kg-20 kg.
“Satu hektare paling tidak ada 250 tanaman,” ujarnya. Sedangkan harga ketela pohon saat ini berkisar antara Rp1.500-Rp2.000/kg di tingkat petani.
Dengan harga ketela pohon sebesar itu, maka keuntungan bersih petani bisa mencapai Rp30 juta/hektare.
Menurut dia, saat ini luas tanaman ketela pohon di Kab. Malang baru mencapai 50.000 hektare dan selama tiga tahun depan bisa bertambah hingga mencapai 100.000 hektare.
Pertambahan luasan tanaman ketela pohon karena menjanjikan pendapatan yang lumayan besar sehingga bisa menjadi alternatif untuk petani padi dan tebu.
Namun, penanaman ketela pohon tidak dianjurkan secara terus menerus, namun harus diselingi tanaman lain sehingga tidak merusak kesuburan tanah.
Selama ini, kata Tomie, perhatian pemerintah sangat kurang terhadap upaya pengembangan tanaman ketela pohon.
Tidak ada bantuan pupuk maupun benih bagi petani yang menanam ketela pohon, jauh berbeda dengan petani yang menanam padi.
Mestinya, selain berupa bantuan-bantuan pupuk dan benih, pemerintah juga mendorong petani menanam ketela pohon dengan mendorong investor membangun pabrik tebung tapioka.
Dengan begitu, penyerapan ketela pohon menjadi lebih baik dan petani tidak perlu khawatir hasil budi daya komoditas tersebut tidak terserap pasar.
Masalah-masalah tersebut akan disampaikan Pemkab Malang dalam Pekan Nasional Kontak Tani Nelayan Andalan ke-14 di Malang pada 7-12 Juni mendatang.
Komoditas lain yang diusung dalam kegiatan tersebut oleh Pemkab Malang, yakni bunga krisan, buah apel, serta jeruk.
“Selain itu kami juga menawarkan lumbung desa modern yang dilengkapi dengan Badan Layanan Umum untuk diberlakukan secara nasional,” ujarnya