Bisnis.com, JAKARTA – Di antara negara–negara lain di Asia Tenggara, tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan Malaysia ternyata paling rendah, di antaranya karena berhenti bekerja setelah melahirkan.
Berdasarkan Proyeksi ADB bertitle Asia Development Outlook 2013, tingkat partisipasi perempuan dalam angkatan kerja Malaysia jauh di bawah kaum laki-laki dan merupakan yang terendah di Asia Tenggara.
“Hanya 48% wanita Malaysia dari usia kerja melaporkan bahwa mereka bekerja, baik dalam sektor formal maupun sektor informal, atau mencari pekerjaan pada 2011,” demikian laporan ADB dalam situsnya.
Bank Dunia, dalam laporan ekonomi yang diterbit November 2012, memproyeksikan peningkatan tingkat partisipasi perempuan ke angka yang sebanding dengan negara lain akan memperluas lapangan kerja sedikitnya 500.000 hingga 2,3 juta orang.
Selain itu, pertumbuhan PDB Malaysia akan meningkat 0,4 poin persentase pada 2000-2010 jika tingkat partisipasi perempuan telah terangkat 11 poin persentase menjadi 57%.
Partisipasi tenaga kerja yang lebih tinggi akan membantu mengatasi kekurangan keterampilan, memperbesar lapangan pengusaha, dan meningkatkan kesejahteraan perempuan.
ADB mengungkapkan salah satu penyebab rendahnya partisipasi angkatan kerja perempuan Malaysia adalah kesulitan untuk berkompromi dengan keluarga dalam hal pekerjaan. Dibandingkan dengan negara lain, perempuan yang kembali bekerja jauh lebih sedikit dibandingkan dengan di negara lain.
Faktor lainnya adalah angka partisipasi pendidikan menengah untuk anak perempuan Malaysia yang relatif rendah dibandingkan dengan negara-negara yang memiliki pendapatan yang sebanding.
Untuk itu, pada tahun ini pemerintah memperkenalkan insentif pajak untuk mendorong lebih banyak pusat penitipan anak. Untuk faktor kedua, pemerintah akan mengeluarkan lebih banyak pada pendidikan, dan dana pelatihan bagi wanita setelah istirahat karir.
Di negara lain, kebijakan yang cukup sukses mendorong angka partisipasi kerja kaum perempuan di antaranya kemudahan cuti, mendorong pekerjaan paruh waktu, insentif pajak, perbaikan pengaturan penitipan anak dan perawatan orang tua, menaikkan usia pensiun, dan fokus yang lebih besar pada pendidikan dan pelatihan bagi perempuan.
Berdasarkan rencana ekonomi 10 tahun, Malaysia, yang diproyeksikan tahun ini mencacat pertumbuhan ekonomi 5,3% ini menargetkan meningkatkan partisipasi angkatan kerja perempuan sampai 55% pada 2015.