JAKARTA—Informasi tentang bunga pinjaman perbankan dan kebutuhan akan bank pertanian menjadi pilihan sejumlah media cetak pada hari ini, Rabu (13/2) sebagai fokus pemberitaannya.
Bank pertanian
Indonesia masih akan terus terpuruk di sektor pertanian dan terpaksa melakukan impor berbagai komoditas pangan. Pasalnya, petani sulit meningkatkan produksi karena tak memperoleh akses memadai ke perbankan untuk memperoleh modal kerja. (Neraca).
Bunga pinjaman
Suku bunga acuan atau BI Rate yang tetap dipertahankan pada level 5,75% menunjukkan optimisme bank sentral terhadap stabilitas ekonomi makro Indonesia, sekaligus cerminan konsistensi BI dalam mendorong penurunan bunga kredit perbankan. (Investor Daily).
BI Rate
Di tengah pelemahan rupiah dan meningkatnya inflasi bulan Januari 2013, Bank Indonesia menahan suku bunga acuan atau BI Rate pada posisi 5,75%. Tingkat suku bunga acuan itu dinilai masih konsisten dengan tekanan inflasi yang terkendali sesuai sasaran inflasi. (Kompas).
Bea cukai
Bank Indonesia (BI) dan Kementerian Keuangan (Kemenkeu) unjuk gigi. Mereka sepakat memberi sanksi ke 20 eksportir bandel yang enggan membawa pulang devisa hasil ekspornya. Lewat Direktorat Jenderal (Ditjen) Bea dan Cukai, Kemenkeu menangguhkan izin ekspor 20 perusahaan bandel tersebut. (Kontan).
Tambang bauksit
Kebutuhan bauksit di Indonesia diproyeksikan meningkat pada tahun depan seiring mulai beroperasinya pabrik Chemical Grade Alumina (CGA) Yatan di Kalimantan Barat yang dikelola PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) berkapasitas 300.000 metrik ton per tahun.
Menurut Departemen Riset Finance Today, bauksit yang diolah menjadi alumina di pabrik tersebut baru memenuhi sebagian kebutuhan PT Indonesia Asahan Alumunium (Inalum) yang memerlukan bahan baku alumina sekitar 500.000 ton per tahun. (Indonesia FinanceToday). (*)