Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Riset BBC: TikTok Dominasi Konsumsi Berita di Indonesia, Risiko Disinformasi Mengintai?

TikTok menjadi sumber utama berita di Indonesia. Meski 69% responden mengakses media sosial harian, literasi media rendah meningkatkan risiko disinformasi.
Suasana dalam acara Bisnis Indonesia Forum bertema Integritas Media Massa di Tengah Maraknya Mis/Disinformasi di Gedung RRI, Jakarta, Kamis (21/8/2025). JIBI/Bisnis/Eusebio Chrysnamurt
Suasana dalam acara Bisnis Indonesia Forum bertema Integritas Media Massa di Tengah Maraknya Mis/Disinformasi di Gedung RRI, Jakarta, Kamis (21/8/2025). JIBI/Bisnis/Eusebio Chrysnamurt

Bisnis.com, JAKARTA — Di tengah maraknya misinformasi dan disinformasi, platform digital seperti TikTok menjadi sumber utama informasi bagi masyarakat Indonesia. 

Riset Integrity Initiative dari BBC Media Action, yang dipaparkan oleh Manajer Riset Rosiana Eko, mengungkap bahwa 69% responden mengakses media sosial setiap hari, dengan TikTok sebagai yang paling populer (55%), melampaui YouTube dan Facebook.

Studi yang mencakup social listening dari Juni 2023 hingga Juni 2024, survei nasional, dan riset kualitatif ini menyoroti pergeseran perilaku audiens. 

“Hanya 38% responden mengonsumsi berita harian, tapi hiburan mendominasi minat (61%), diikuti berita politik domestik (58%). Ini peluang bagi bisnis digital, tapi juga risiko karena literasi media rendah membuat audiens rentan terhadap konten palsu,” jelas Rosiana, di sela Bisnis Indonesia Forum bertajuk Integritas Media Massa di Tengah Maraknya Mis/Disinformasi, Kamis (21/8/2025). 

Menurutnya, transisi televisi analog ke digital pada 2021 membuat banyak penonton beralih ke smartphone, terutama di daerah seperti Riau di mana akses TV sulit. Namun, hal ini memperburuk penyebaran disinformasi, seperti kampanye fitnah selama Pemilu 2024 di mana 42% responden percaya gangguan informasi pemilu.

Riset membagi audiens menjadi segmen, di antaranya “Disconnected Observers” (kurang aktif online, rentan karena rendahnya literasi digital) dan “Diligent Checkers” (pemeriksa konten teliti, potensial sebagai influencer positif). 

“Bisnis di sektor e-commerce dan fintech harus memanfaatkan segmen ini dengan konten verifikasi fakta, karena 85% pengguna internet harian menggunakan WhatsApp untuk berbagi informasi.” 

Dia menyoroti kepercayaan tinggi terhadap sumber domestik seperti pemimpin agama (37%) dan ahli (30%), sementara pengaruh asing pada media dikhawatirkan oleh 41% responden. “Untuk bisnis, ini berarti kolaborasi dengan media lokal seperti Liputan6 (dipercaya 44%) untuk membangun kredibilitas dan melawan rumor yang bisa merusak reputasi perusahaan,” paparnya.

Riset BBC Media Action menekankan rekomendasi untuk intervensi berbasis bukti, termasuk peningkatan literasi digital guna mendukung ekosistem informasi yang sehat di era digital.

Adapun riset ini disampaikan sebagai pengantar sesi diskusi Bisnis Indonesia Forum yang digelar oleh Bisnis Indonesia Group didukung oleh UK Foreign, Commonwealth & Development Office (FCDO) bertempat di Auditorium RRI, Jakarta, Kamis (21/8/2025). 

Bisnis Indonesia Forum kali ini bertujuan merekomendasikan intervensi untuk meningkatkan ketahanan masyarakat terhadap disinformasi, termasuk kolaborasi antara donor, media, dan masyarakat sipil.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro