Bisnis.com, JAKARTA - Presiden AS Donald Trump mengklaim bahwa pengeboman di tiga lokasi terhadap Iran dilakukan karena "program pengembangan senjata nuklir".
Namun hal itu bertolak belakang dengan keterangan yang diberikan oleh badan mata-mata AS yang mengatakan tidak ada program semacam itu.
Klaim Trump menimbulkan pertanyaan apakah intelijen AS mendukung keputusannya untuk memerintahkan serangan terhadap Iran pada Minggu (22/6) lalu.
"Pasukan Amerika Serikat melancarkan serangan presisi terhadap tiga fasilitas nuklir di Iran yang digunakan oleh Pemerintah Republik Islam Iran untuk program pengembangan senjata nuklirnya," tulis Trump dalam surat tertanggal Senin kepada Ketua DPR Mike Johnson, dikutip dari Reuters.
Penilaian AS terbaru, yang disampaikan kepada Kongres pada bulan Maret oleh Direktur Intelijen Nasional Tulsi Gabbard, mengatakan pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, tidak memerintahkan dimulainya kembali upaya pengembangan senjata nuklir yang dihentikan pada tahun 2003.
Sumber yang memiliki akses ke laporan intelijen AS mengatakan kepada Reuters minggu lalu bahwa penilaian bulan Maret tidak berubah.
Baca Juga
Iran bersikeras bahwa program nuklirnya ditujukan untuk tujuan damai.
Namun Trump sendiri bersikeras dan mengatakan kepada konggres bahwa Iran meragukan intelijen tentang program nuklir tersebut.
"Saya tidak peduli apa yang dikatakannya. Saya pikir mereka hampir memilikinya," kata Trump kepada wartawan, mengacu pada senjata nuklir.
Adapun diketahui menurut laporan intelijen AS yang tidak dirahasiakan yang disusun sebelum serangan, Iran menutup program senjata nuklir pada tahun 2003.
Hal ini pun dipercaya oleh pengawas nuklir PBB hingga serangan AS beberapa waktu lalu. Meskipun memang Teheran memiliki keahlian untuk membangun hulu ledak pada suatu saat, menurut laporan tersebut.
AS menyerang tiga lokasi nuklir Iran di Natanz, Isfahan, dan Fordow pada Minggu. Serangan itu menghantam Fordow yang terkubur dalam,
di mana sentrifus canggih dapat menghasilkan uranium yang diperkaya rendah untuk bahan bakar reaktor nuklir dan uranium yang diperkaya tinggi untuk hulu ledak, dengan bom "penghancur bunker".
Trump dan pejabat tinggi lainnya mengatakan lokasi tersebut telah dihancurkan. Namun, penilaian awal intelijen AS menemukan serangan itu hanya memperlambat program Teheran selama beberapa bulan, tiga sumber yang mengetahui masalah tersebut mengatakan kepada Reuters pada Selasa.