Bisnis.com, JAKARTA — Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyatakan bahwa Iran ingin membuka pembicaraan untuk meredakan konflik dengan Israel. Namun, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menegaskan bahwa serangan militer akan tetap dilanjutkan.
Melansir Bloomberg pada Selasa (17/6/2025), Trump mengkonfirmasi kabar bahhwa Iran ingin mencari resolusi damai terkait konflik dengan Israel.
“Mereka ingin berbicara, tapi seharusnya mereka melakukannya sejak awal," jelas Trump dalam pertemuan dengan Perdana Menteri Kanada Mark Carney di sela-sela KTT G7 di Kananaskis, Alberta.
Trump melanjutkan, konflik tersebut menyakitkan bagi kedua pihak. Dia juga mengatakan bahwa Iran tidak akan memenangkan perang tersebut.
Pejabat Israel menyatakan bahwa pasukannya telah menguasai sebagian besar wilayah udara Iran dan menghancurkan sejumlah fasilitas penting yang digunakan dalam program rudal dan nuklir negara tersebut sejak serangan diluncurkan pada Jumat lalu. Eskalasi ini memicu kekhawatiran bahwa konflik bisa meluas ke kawasan Timur Tengah.
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu menyebut, Iran ingin menghentikan serangan tapi tetap memproduksi senjata kematian, baik senjata nuklir yang mengancam eksistensi kami maupun rudal balistik. Dia menegaskan, Israel berkomitmen untuk menghancurkan kedua ancaman ini.
Baca Juga
“Kalau bisa dicapai dengan cara lain, silakan — tapi kami sudah memberi waktu 60 hari,” lanjutnya, merujuk pada tenggat waktu sebelum Israel memulai serangan.
Sebelumnya, The Wall Street Journal melaporkan bahwa Teheran menunjukkan sinyal ingin menurunkan ketegangan dengan Israel dan bersedia melanjutkan perundingan nuklir dengan AS, selama Washington tidak turut serta dalam serangan Israel. Laporan serupa dari Reuters menyebutkan bahwa Iran menyampaikan pesan tersebut melalui Qatar, Arab Saudi, dan Oman.
Meski demikian, tanda-tanda deeskalasi belum terlihat di lapangan. Iran meluncurkan beberapa gelombang drone dan rudal dalam 24 jam terakhir. Di sisi lain, Israel terus menggempur ibu kota Iran, Teheran, termasuk menghantam kompleks stasiun televisi nasional saat siaran langsung dan menewaskan satu pejabat militer senior.
“Saya memiliki tiga tujuan utama: menghentikan program nuklir, menghentikan kapasitas produksi rudal balistik, dan menghentikan poros teror Iran di kawasan. akan melakukan apa pun yang diperlukan untuk mencapai target tersebut, dan kami berkoordinasi erat dengan AS," ujar Israel.
Sementara itu, sumber yang mengetahui proses perundingan menyebutkan bahwa AS menolak mendukung pernyataan bersama negara-negara G7 yang menyerukan gencatan senjata antara Israel dan Iran, menunjukkan perbedaan pandangan antara pemerintahan Trump dan negara anggota G7 lainnya.
Di waktu yang hampir bersamaan saat Trump berbicara, kantor berita semi-resmi Iran Mehr News Agency mengutip pejabat senior keamanan Iran yang menyatakan bahwa negara itu siap memberikan serangan besar terhadap Israel sebagai balasan atas gempuran ke kota-kota dan target di Iran.
Beberapa saat kemudian, sirene serangan udara kembali berbunyi di Israel, setelah otoritas mendeteksi peluncuran rudal baru. Namun, tak lama setelah itu situasi dinyatakan aman dan tidak ada laporan mengenai serangan lanjutan.
Dalam percakapan telepon dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada Senin (16/6/2025) waktu setempat, Presiden Iran Masoud Pezeshkian menegaskan bahwa negaranya akan merespons setiap serangan dari Israel secara proporsional.
“Kami tidak ingin memperluas konflik ini, namun kami akan membalas setiap serangan ke wilayah Iran dengan cara yang akan membuat mereka menyesalinya,” tegas Pezeshkian.