Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Penuh Misteri, Ini Kata Pakar soal Kecelakaan Pesawat Korea Jeju Air

Para pakar sampai angkat bicara tentang keceakaan pesawat Korea Jeju Air yang jadi insiden paling mematikan dalam sejarah penerbangan Korea.
Suasana evakuasi Jeju Air yang menewaskan 179 penumpang dan awak pesawat pada Minggu (29/12/2024)/Bloomberg - SeongJoon Cho
Suasana evakuasi Jeju Air yang menewaskan 179 penumpang dan awak pesawat pada Minggu (29/12/2024)/Bloomberg - SeongJoon Cho

Bisnis.com, JAKARTA - Para pakar sampai angkat bicara tentang keceakaan pesawat Korea Jeju Air yang jadi insiden paling mematikan dalam sejarah penerbangan Korea.

Dilansir dari Reuters, para ahli turut mempertanyakan apa yang sebenarnya menjadi penyebab kecelakaan pesawat yang menewaskan 179 orang tersebut.

Selain itu, para ahli juga mempertanyakan seberapa besar dampak potensi tabrakan burung yang disebutkan oleh pihak berwenang dapat mengakibatkan jatuhnya pesawat Jeju Air.

"Saat ini masih banyak pertanyaan yang belum terjawab. Mengapa pesawat melaju begitu cepat? Mengapa sayapnya tidak terbuka? Mengapa roda pendaratan tidak diturunkan?" kata Gregory Alegi, seorang pakar penerbangan dan mantan pengajar di akademi angkatan udara Italia.

Di sisi lain, saat ini pejabat Korea Selatan sedang menyelidiki jatuhnya Pesawat Jeju Air Penerbangan 7C2216, termasuk dampak potensi tabrakan burung dan cuaca.

Wakil Menteri Perhubungan Joo Jong-wan mengatakan panjang landasan pacu sepanjang 2.800 meter bukan merupakan faktor penyebab kecelakaan karena dinding di ujungnya dibangun berdasarkan standar industri.

Sementara itu menurut laporan Reuters, juru bicara Jeju Air tidak dapat dihubungi untuk dimintai komentar.

Jeju Air menolak berkomentar tentang penyebab kecelakaan dalam konferensi pers, dengan mengatakan bahwa penyelidikan sedang dilakukan.

Christian Beckert, pakar keselamatan penerbangan dan pilot Lufthansa, mengatakan rekaman video menunjukkan bahwa selain pembalik, sebagian besar sistem pengereman pesawat tidak diaktifkan, sehingga menciptakan "masalah besar" dan pendaratan yang cepat.

Beckert mengatakan tabrakan burung tidak mungkin merusak roda pendaratan saat masih terangkat, dan jika itu terjadi saat roda pendaratan turun, akan sulit untuk dinaikkan lagi.
 
"Sangat, sangat jarang dan sangat tidak biasa untuk tidak menurunkan gigi, karena ada sistem independen di mana kita dapat menurunkan gigi dengan sistem alternatif," katanya.

Berdasarkan aturan penerbangan global, Korea Selatan akan memimpin penyelidikan sipil dan melibatkan Dewan Keselamatan Transportasi Nasional di Amerika Serikat tempat pesawat itu dibuat.

Para ahli mengatakan kecelakaan udara biasanya disebabkan oleh campuran berbagai faktor dan butuh waktu berbulan-bulan untuk menyusun rangkaian kejadiannya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper