Bisnis.com, JAKARTA - Bank sampah adalah konsep pengumpulan dan pemilahan sampah kering yang dijalankan layaknya Bank dimana masyarakat dapat menabung sampah dan mendapatkan uang.
Nasabah bank sampah juga dapat meminjam uang yang kemudian dikembalikan dengan menyetorkan sampah. Sampah yang disetorkan kemudian akan di daur ulang (recycle) untuk dapat digunakan kembali.
Sampah organik berupa buah dan sayur dapat digunakan untuk kompos/pupuk organik dan tambahan pakan ternak.
Sedangkan sampah organik yang berasal dari kotoran hewan maupun manusia, limbah tempe dan tahu dapat diubah menjadi biogas dan listrik.
Sampah anorganik dapat dimanfaatkan dengan membuat kerajinan tangan seperti tas, taplak meja makan, dan pernak pernik.
Lucia Karina, Direktur Public Affairs, Communications, and Sustainability CCEP Indonesia menyampaikan pentingnya peran Bank Sampah dalam mencapai target pengelolaan sampah yang dicanangkan Pemerintah Indonesia.
"Bank Sampah bukan sekadar wadah pengumpulan sampah, melainkan katalis perubahan pola pikir masyarakat tentang pengelolaan sumber daya. Melalui Bank Sampah, kita dapat mengubah paradigma sampah dari masalah menjadi sumber daya ekonomi dan sosial," ujar Karina.
Lebih lanjut, Karina menjelaskan bahwa Bank Sampah memiliki peran penting dalam mendorong perilaku pemilahan sampah, menciptakan nilai ekonomi, memberdayakan perempuan, hingga menciptakan tatanan sosial yang berkeadilan gender.
Mengingat peran krusial tersebut, CCEP Indonesia berkomitmen untuk terus mendukung transformasi Bank Sampah di Indonesia.Karina mengungkapkan bahwa Bank Sampah menghadapi berbagai tantangan dalam keberlangsungan operasionalnya.
Berdasarkan temuan di lapangan, tantangan tersebut meliputi kurangnya pembeli tetap bahan daur ulang, keterbatasan kapasitas pengelolaan sampah dan keterampilan bisnis, fluktuasi harga material daur ulang, hingga hambatan peningkatan skala operasional dan kurangnya dukungan infrastruktur pengelolaan sampah di berbagai daerah.
Akibatnya, banyak Bank Sampah yang tidak berumur panjang dan tidak dapat beroperasi secara optimal.Menanggapi tantangan-tantangan tersebut, CCEP Indonesia menghadirkan beberapa inisiatif inovatif untuk mendukung transformasi Bank Sampah.
Inisiatif-inisiatif ini mencakup pelatihan manajemen dan keterampilan bisnis, pendampingan teknis untuk meningkatkan efisiensi operasional, pengembangan produk daur ulang bernilai tambah, pembukaan pasar baru untuk produk daur ulang, serta kolaborasi multi-pemangku kepentingan.
"CCEP Indonesia juga melibatkan kemajuan teknologi dan digitalisasi dalam upaya mendukung transformasi Bank Sampah," paparnya.
Salah satu contoh Bank Sampah CCEP, katanya, di Kota Metro, Provinsi Lampung. Melalui kolaborasi sinergis, Bank Sampah Metro Lampung saat ini telah berhasil menerapkan tata kelola persampahan tingkat kota yang berkelanjutan. Program-program yang diterapkan meliputi jaminan kerja sama tetap pembelian kemasan plastik PET, pelatihan intensif manajemen dan kewirausahaan, pengembangan produk daur ulang bernilai tambah, digitalisasi bank sampah, serta pendampingan akses ke insitusi keuangan dan pendidikan.
Hasil yang dicapai dari program ini cukup signifikan. Bank Sampah Metro Lampung kini menaungi sekitar 22 unit bank sampah dan melayani kurang lebih 1.600 rumah tangga di Kota Metro, Lampung. Selain itu, terjadi peningkatan volume sampah yang terkumpul dan didaur ulang, pertumbuhan pendapatan Bank Sampah dan anggotanya, perubahan perilaku masyarakat dalam pengelolaan sampah, serta peningkatan partisipasi dan pemberdayaan kaum perempuan setempat.
"Kami percaya bahwa pendekatan ekonomi sirkular adalah kunci menuju masa depan yang berkelanjutan. Melalui kolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk Bank Sampah, kami optimis dapat menciptakan dampak positif yang signifikan bagi lingkungan dan masyarakat," tutup Karina