Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

AS Mengaku Pedih Soal Gaza, tapi Diam-diam Biden Beli Bom dan Pesawat untuk Israel

Pentagon mengungkap paket senjata baru tersebut mencakup lebih dari 1.800 bom MK84 dan 500 bom MK82 seberat 500 pon yang diberikan untuk Israel.
Presiden AS Joe Biden (kiri) bertemu dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu (kanan) untuk membahas konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan Hamas, di Tel Aviv, Israel, Rabu, 18 Oktober 2023./Reuters
Presiden AS Joe Biden (kiri) bertemu dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu (kanan) untuk membahas konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan Hamas, di Tel Aviv, Israel, Rabu, 18 Oktober 2023./Reuters

Bisnis.com, JAKARTA — Presiden Amerika Serikat Joe Biden diam-diam menyetujui pembelian bom dan jet tempur bernilai miliaran dolar ke Israel, meski ada kekhawatiran Washington mengenai antisipasi serangan militer di Gaza Selatan yang dapat mengancam ratusan ribu nyawa warga sipil Palestina.

Pejabat Pentagon dan Departemen Luar Negeri yang mengetahui masalah ini mengungkapkan, paket senjata baru tersebut mencakup lebih dari 1.800 bom MK84 dengan berat 2.000 pon dan 500 bom MK82 seberat 500 pon.

Bom seberat 2.000 pon itu dikaitkan dengan kejadian yang menyebabkan korban massal selama kampanye militer Israel di Gaza.

Perkembangan ini menggarisbawahi bahwa meskipun perselisihan telah muncul antara Amerika Serikat dan Israel mengenai perilaku perang, pemerintahan Biden memandang transfer senjata sebagai sesuatu yang terlarang ketika mempertimbangkan bagaimana mempengaruhi tindakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.

“Kami terus mendukung hak Israel untuk membela diri. Bantuan pengkondisian bukanlah kebijakan kami,” kata seorang pejabat Gedung Putih, melansir Washington Post, Sabtu (30/3/2024).

Sebelumnya dalam pernyataan untuk Arab American Heritage Month, Biden mengakui ‘kepedihan’ yang dirasakan oleh banyak orang Arab-Amerika atas perang di Gaza, dan atas dukungan AS terhadap Israel dan serangan militernya yang telah memicu kemarahan dan kekecewaan orang-orang Arab, Muslim, dak aktivis anti-perang.

Banyak warga Muslim dan Arab di Amerika Serikat mendesak Biden untuk menyerukan gencatan senjata permanen, menghentikan penjualan senjata ke Israel, dan menggunakan lebih banyak pengaruh untuk melindungi kehidupan warga sipil ketika krisis kemanusiaan terjadi di Gaza.

“Kita juga harus berhenti sejenak untuk merenungkan penderitaan yang dirasakan oleh begitu banyak komunitas Arab Amerika akibat perang di Gaza,” kata Biden dalam Arab American Heritage Month, mengutip CNA, Sabtu (30/3/2024).

Protes yang menuntut gencatan senjata di Gaza telah terjadi di banyak kota di Amerika dalam beberapa bulan terakhir, termasuk di dekat bandara dan jembatan di New York City dan Los Angeles, demonstrasi di luar Gedung Putih dan demonstrasi di Washington.

Para pengunjuk rasa sering mengganggu acara kampanye dan pidato Biden, termasuk penggalangan dana penting di New York City pada hari Kamis (28/3/2024) waktu setempat.

Mereka telah meminta Biden untuk memenuhi tuntutan mereka atau berisiko kehilangan dukungan mereka pada pemilu November mendatang. 

Warga Amerika keturunan Arab dan Muslim kemungkinan besar tidak akan mendukung saingan Biden, mantan Presiden Donald Trump dari Partai Republik, namun para pengamat mencatat bahwa mereka bisa saja tidak ikut pemilu dan menolak perolehan suara penting bagi Biden. Mereka sangat mendukung Biden pada 2020.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Ni Luh Anggela
Editor : Kahfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper