WHO menyebut bahwa Asia Tenggara memiliki kondisi yang berpotensi mengundang munculnya EIDs. Kebanyakan penyakit emerging dan re-emerging di Asia Tenggara berasal dari hewan atau disebut zoonosis, yang menyeberangi hambatan spesies dan menginfeksi manusia.
Sejauh ini sekitar 60 persen dari penyakit infeksi pada manusia telah dikenali, dan sekitar 75 persen EIDs, yang menyerang manusia dalam tiga dekade terakhir, berasal dari hewan.
Beberapa contohnya EIDs antara lain penyakit flu burung dan flu babi yang muncul dari daerah peternakan unggas besar sekaligus peternakan babi yang tidak dikelola sesuai standar kesehatan.
Hal itu memungkinkan terjadinya percampuran atau kontaminasi produk hewan, menjadi media yang cocok untuk terjadinya percampuran beberapa virus influenza dan berpotensi memunculkan strain virus baru atau bahkan virus baru.
Ada beberapa faktor yang mempercepat kemunculan penyakit baru, yaitu yang memungkinkan agen infeksi berkembang menjadi bentuk ekologis baru agar dapat menjangkau dan beradaptasi dengan inang yang baru, serta agar dapat menyebar lebih mudah di antara inang-inang baru.
Faktor-faktor itu antara lain urbanisasi dan penghancuran habitat asli, yang memungkinkan manusia dan hewan hidup lebih dekat. Kemudian, perubahan iklim dan ekosistem, perubahan dalam populasi inang atau vektor serangga perantara, dan mutasi genetik mikroba. Akibatnya dampak dari penyakit baru sulit untuk diprediksi namun bisa signifikan, karena manusia mungkin hanya memiliki sedikit kekebalan terhadap penyakit ini atau tidak sama sekali.
Perjalanan Indonesia memang masih panjang untuk merdeka dari penyakit menular.
“PR [pekerjaan rumah] kita memang masih banyak sekali untuk mencapai target-target seperti target bebas TBC itu. Untuk penyakit yang ‘bandel’ ini kami sudah upayakan penyediaan obatnya dan fasilitas pengobatannya. Lalu, untuk yang emerging seperti Covid-19, juga kami tak pernah berhenti berupaya bekerja sama dengan semua pihak untuk menekan laju penyebarannya. Harapannya semua stakeholder bisa membantu,” imbuh Wiendra.