TBC masih menjadi masalah besar di Indonesia. Untuk TBC atau TB, Indonesia menduduki peringkat kasus terbanyak ketiga di dunia, di bawah China dan India.
Presiden Joko Widodo menargetkan Indonesia ‘merdeka’ dari TBC pada 2030, sembari saat ini tetap berupaya menekan penyebaran Virus Corona.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan RI Wiendra Waworuntu mengatakan ketika mengatasi Covid-19, pihaknya juga menekan laju penularan TBC.
Situasi TBC di Indonesia lebih mengerikan daripada Covid-19. Setiap tahun ada 845.000 orang terinfeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis, dibandingkan Covid-19.
Sementara itu, dari 845.000 orang tertular TBC, 4 persen di antaranya adalah anak-anak, dan 1 persen di antaranya meninggal dunia. Adapun, angka kematian akibat TB di Indonesia mencapai 13 orang per jam meninggal, padahal TB sudah ada obatnya.
Wiendra menyebut bahwa jumlah pasien TB resisten diprediksi mencapai 24.000 orang, ada juga pasien yang mengidap TB dan HIV. Penyebab TB resisten antara lain lantaran pasien tidak patuh berobat lantaran jangka waktu berobatnya yang mencapai enam bulan.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI Achmad Yurianto menyebut bahwa perlu ada penanganan dan gerakan dari semua pihak, dari hulu ke hilir untuk TBC.
“Penanganan harus dilakukan mulai dari mencari dan menemukan pasien TBC, mengobati dan memberokan pengobatan pencegahan pada orang yang berisiko terinfeksi TBC, terutama pada anak-anak sebagai penerus bangsa, harus sehat, terlindungi, dan bebas TBC,” ungkapnya.
Meskipun jadi hambatan dan tantangan, keberadaan Covid-19 ini diharapkan justru menjadi jalan bagi pemerintah dan masyarakat untuk bisa cepat ‘merdeka’ dan lebih mudah melakukan pencegahan penyakit, terutama penyakit menular.
Seperti diketahui, TBC sama seperti Covid-19 menular lewat droplet. Peraturan untuk menegakkan protokol kesehatan saat ini, seperti jaga jarak, cuci tangan, dan pakai masker cukup membantu menekan jumlah orang terpapar TBC.
Kemenkes juga butuh bantuan dari stakeholder lain dan masyarakat untuk membantu menekan laju tambahan kasus TBC di Indonesia.
“Kemenkes sudah cukup memberikan obat berkualitas, tapi kalau tidak ada bantuan dari sektor lain sulit,” tegasnya.