Bisnis.com, JAKARTA - Di tengah ketidakjelasan warna ideologi politik dan fokus perjuangan saat ini, partai politik perlu melakukan re-branding guna menarik minat publik pada Pemilu 2019.
Demikian dikemukakan pengamat politik yang juga Direktur Eksekutif Lingkar Madani (LIMA) Indonesia, Ray Rangkuti dalam acara diskusi bertema Babak Baru Partai Politik Indonesia di Jenggala Center, Rabu (20/4/2016).
Nara sumber lain dalam diskusi itu adalah bakal calon Ketua Umum Partai Golkar Mahyudin yang juga Wakil Ketua MPR.
Golkar dan parpol-parpol yang ada dituntut untuk re-branding. Tujuannya agar jelas ideologinya dan fokus perjuangannya, ujar Ray.
Dia menilai saat ini sejumlah parpol termasuk Golkar menonjol perjuangan pragmatisnya sehingga tidak jelas perbedaan ideologinya.
Menurut Ray untuk meraih suara pada pemilu mendatang, selain harus re-branding, parpol dan kadernya harus bisa membuktikan bahwa mereka bersih.
Menurutnya, sejarah sudah membuktikan bahwa parpol yang bisa menjual sebagi parpol bersih dan anti korupsi akan mendapatkan tempat di hati masyarakat.
Sebaliknya, partai maupun kadernya yang korup akan dihukum oleh rakyat dalam setiap pemilu.
Sementara itu, Mahyudin mengatakan dirinya memilih untuk melakukan re-branding Partai Golkar karena terinspirasi dengan apa yang dilakukan oleh mantan Ketum Partai Golkar Akbar Tanjung di masa lalu.
Dia menyatakan di tengah keterpurukan partai pada era reformasi, Akbar mampu membawa partai berlambang pohon beringin itu menjadi pemenang kedua pada Pemilu 1999 di bawah PDI Perjuangan.
Dia menegaskan salah satu program yang akan diperjuangkan adalah program Visi Indonesia Sejahtera 2045.