Kabar24.com, KUPANG - Setya Novanto dinilai akan sulit memimpin Golkar karena rekam jejaknya.
Pengamat politik dari Universitas Muhammadiyah Kupang Dr. Ahmad Atang berpendapat, sulit bagi Setya Novanto untuk menahkodai Partai Golkar karena cacat politik.
"Jika Golkar dalam situasi normal dan Novanto tidak tersandung kasus etik, maka dapat diduga jalan Novanto menjadi Ketua Umum Golkar akan mulus, namun atas kejadian dan situasi sebelumnya akan sulit bagi Novanto untuk menahkodai Golkar," kata Ahmad Atang, Kamis (25/2/2016).
Dia mengemukakan pandangan itu berkaitan dengan keinginan Novanto untuk mencalonkan diri sebagai Ketua Umum Golkar pada Munas partai itu April atau Mei 2016.
Menurut dia, jika Novanto mencalonkan diri maka ia tidak saja berhadapan dengan penolakan dari kubu Agung Laksono, tetapi justru sesama kubu ARB akan saling menjatuhkan.
Di sini Novanto mengalami kesulitan untuk melakukan konsolidasi dengan DPD I dan II, kata Ahmad Atang.
Namun demikian, segala kemungkinan bisa saja terjadi.
Jika kader Golkar mempercaya Novanto menahkodai golkar maka dapat dipastikan Golkar akan ditinggalkan pendukungnya.
Selain itu, Novanto akan menjadikan Golkar sebagai alat balas dendam.
Jika itu yang terjadi maka kecerdasan politisi Golkar patut dipertanyakan oleh kadernya sendiri, katanya.
Dia menambahkan, setelah mundur dari Ketua DPR akibat kasus papa minta saham, karir politik Novanto diprediksi akan tenggelam.
Namun, ARB sebagai Ketua Umum Golkar masih mempercayainya menjadi ketua fraksi.
Sungguh pun begitu, dilengserkan dari Ketua DPR adalah cacat politik yang dialami oleh Novanto, karena dalam sejarah politik nasional, sebagai Ketua DPR hanya Novanto yang mengundurkan diri karena kasus etik.
Dengan demikian, menjadi ketua fraksi bukan jalan untuk mengembalikan martabat Novanto.
Karena itu Novanto sedang mencari panggung untuk kembali eksis secara politik yakni merebut posisi menjadi ketua umum Golkar.
Novanto kata dia, bukanlah pendatang baru di Partai Golkar. Karir politiknya dimulai dari bawah dan kader Golkar pasti tahu soal ini.
Karena itu, majunya Novanto menjadi ketua Golkar secara normatif adalah sebuah kewajaran.
Menurut dia, tidak ada yang melarang Novanto untuk mencalonkan diri sebagai ketua umum partai Golkar.
"Namun, dengan cacat politik tersebut apakah majunya Novanto sebagai sebuah kepantasan? Hanya kader golkar yang bisa menjawabnya."
Dilihat dari dinamika di internal Golkar, ujarnya, Novanto adalah bagian dari gerbong ARB, sehingga majunya Novanto menjadi polemik tersendiri.