Kabar24.com, JAKARTA -- Empat perempuan peneliti Indonesia berhasil meraih penghargaan program L’Oreal-UNESCO for Women in Science ke-12.
Keempat perempuan peneliti yang menyelesaikan program pendidikan strata satunya di ITB itu mendapatkan dana masing-masing Rp80 untuk mengembangkan penelitian mereka.
Keempat perempuan itu meraih beasiswa untuk kategori life sciences dan material sciences.
Untuk kategori life sciences diberikan kepada dua peneliti yaitu Sastia Prama Putri, Ph.D dari Osaka University dengan proposal penelitian berjudul Establishment of quality evaluation standard and authentication method of kopi Luwak and various Indonesia specialty coffees by gas chromatography-based metabolimic (Pengembangan metode pengujian dan standar mutu kopi luwak dan berbagai kekhususan kopi Indonesia dengan menggunakan teknologi metabolimik berbasis kromotografi).
Lalu Dr.rer.nat Alucia Anita Artarini dari ITB dengan proposal peneitian berjudul Development of reporting system with colorimetric to screen candidate of polymerize influenza virus (Pengembangan sistem reporter dengan deteksi kolorimetri untuk skrining kandidat inhibitor RNA polimerase virus inluenza).
Sementar untuk kategori Material Sciences diraih oleh Dr. Anawati MSc (MA) dari Universitas Teknologi Sumbawa dengan proposal penelitian berjudul Fabrication of Anodic Alumina Oxide (AAO) Membrant Applied on Ready to drenk filter in Sumbawa (Fabrikasi anodik Alumina Oksida membran untuk aplikasi filter air siap minum di Sumbawa).
Kemudian Kiky Corneliasari MA dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dengan proposal penelitian berjudul Heterogeneous Cataysts NiOCuOMg-Al in the hydrogen production process of biodiesel production waste for renewable application (Teknologi baru dari katalis Heterogen NiOCuOMg-Al dalam proses produksi limbah biodisel untuk aplikasi terbarukan).
Keempat perempuan peneliti tersebut diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi perempuan untuk menjadikan peneliti sebagai profesinya, karena jumlah peneliti perempuan di Indonesia baru mencapai sekitar 50% dari jumlah peneliti pria.