Jangan Sampai Korban Asap Terfitnah Hujan Sesaat. Yakinkan SAYA, Bahwa Ini Bukan GENOSIDA.
Selamat pagi Pak Jokowi, gimana tidurnya tadi malam di Sumatera? Semoga segar ya Pak. Soalnya hujan turun berkali-kali. Luar biasa! Rakyat Riau yang jadi korban asap, setelah dua bulan lebih, akhirnya dapat menghirup udara sedikit segar dari biasanya. Kedatangan Bapak, lebih 'makbul' mengalahkan jutaan doa kami.
Pak, mumpung udara lumayan segar, saya ingin sedikit bercerita. Saya lahir di sebuah kota kecil, Siak namanya. Dulu saat saya SD, kami diajari bahwa Indonesia hanya punya dua musim, panas dan hujan. Saat panas akan terjadi kemarau, sedangkan bila hujan akan ada ancaman banjir. Tapi sejak menginjak bangku SMP, kami mengenal musim lain lagi, namanya musim kebakaran hutan. Ancamannya asap akan ada dimana-mana. Dan itu kisah 17 tahun lalu Pak.
Selama 17 tahun juga, kami tak pernah merasakan 365 hari udara segar. Karena akan ada masa, dimana sinar matahari bahkan tak bisa tembus menyinari tanah kami. Semuanya mendadak akan terlihat seperti negeri di atas awan. Padahal aslinya asap.
Dulu yang kami tahu, bila ada lahan terbakar, hanya akan dipadamkan secara gotong royong. Tetangga datang buat menolong. Tapi itu duluuuuu sekali Pak, saat musim asap hanya muncul sesaat. Karena sejak beberapa tahun terakhir, bahkan tahun ini, asap semakin menjadi-jadi. Tahun paling terngeri, karena berbulan-bulan asap tak mau pergi. Ia betah di negeri kami.