Bisnis.com, JAKARTA— Isu pengetatan stimulus moneter yang akan dilakukan oleh bank sentral Amerika Serikat terus menjadi perhatian pelaku pasar mengingat nilai strategis dari tindakan itu terhadap kebijakan sejumlah negara.
Ketua Bank Sentral Negara Bagian Dallas, Richard Fisher secara meyakinkan mengatakan akan memangkas program belanja obligasi secara bertahap mulai pekan depan. Dia merujuk pada pertemuan bank sentral AS terkait kebijakan moneter akan digelar pada 17-18 2013 Desember, meski sebagian besar ekonom memperkirakan tidak akan ada perubahan hingga tahun depan.
"Sudah waktunya untuk diketatkan," ujar Fisher dalam satu pernyataannya sebagaimana dikutip Bloomberg, Selasa (10/12/2013).
Dia mengatakan bahwa program belanja obligasi per bulan sebesar US$85 miliar “jauh melebihi” nilai keuntungan. Menurutnya, pengetatan merupakan prioritas, dan selanjutnya langkah penghentian stimulus dilakukan pada tanggal tertentu.
Sementara itu, Ketua Bank Sentral Negara Bagian St Louis, James Bullard mengatakan langkah paling tepat yang harus dilakukan pemerintah dengan membaiknya data tenaga kerja dan inflasi rendah adalah pengetatan ringan pada Desember ini.
“Pengetatan ringan mungkin lebih pas untuk kondisi tenaga kerja yang membaik, meski pengambil kebijakan harus berhati-hati memantau inflasi selama paruh pertama 2014,” ujar Bullard seperti dikutip marketwatch.com.
Jika inflasi tidak kembali sesuai target maka bank sentral bisa menunda pengetatan pada pertemuan berikutnya.
Meski sama-sama mengisyaratkan akan dilakukannya pengetatan stimulus moneter dengan mengurangi obligasi pada tahun ini, namun keduanya tidak secara tegas seberapa besar pengetatan itu dilakukan.