Menurut Yasin, terpilihnya Anies tidak lepas dari sosoknya sebagai tokoh dan intelektual muda Indonesia, yang pada 2007 namanya mencuat ketika menjabat sebagai Rektor Paramadina dan tercatat sebagai Rektor termuda di Indonesia.
Anies menyita perhatian publik melalui kegiatan kepedulian terhadap masyarakat terutama di bidang pendidikan lewat program Gerakan Indonesia Mengajar. Dia juga gencar melakukan aksi dan kampanye anti korupsi bersama KPK.
Hasratnya di dunia politik semakin diketahui publik tatkala dirinya mendaftarkan diri pada Konvensi Capres Partai Demokrat.
Sementara itu, elektablitas Dahlan Iskan yang saat ini juga terdaftar dalam peserta Konvensi Capres Partai Demokrat berada di bawah Anies.
Dari aspek ideologi politik, Dahlan diminati oleh simpatisan lintas ideologi politik, secara geografis merata di seluruh Provinsi.
Dari aspek demografi, Dahlan dominan di kalangan dewasa. Elektabilitas Dahlan didorong dari posisinya sebagai pejabat publik yaitu sempat menjadi Dirut PLN, dan saat ini menjabat sebagai Menteri BUMN.
Posisinya sebagai pengusaha media juga memberikan kontribusi besar, didukung dengan karakternya sebagai pekerja keras serta kegiatan-kegiatan keteladanannya yang bersifat spontanitas.
Sebagai penguasa media, Dahlan juga melakukan sosialisasi dirinya baik melalui tulisan maupun iklan politik.
Diurutan ketiga, muncul nama Mahfud MD, yang banyak diminati oleh responden di wilayah Pulau Jawa. Dia dikenal publik sebagai akademisi, Mahfud sempat menjadi anggota DPR dan menjabat sebagai Menteri Pertahanan.
Nama Mahfud MD mencuat dan menyita perhatian publik saat dirinya menduduki jabatan sebagai ketua MK.
Kemudian Din Syamsuddin yang juga diusulkan publik menjadi Capres akan tetapi dukungannya masih terpusat di kota-kota besar terutama DKI Jakarta.
Selanjutnya, Said Aqil Siradj berada diurutan kelima dengan dukungan terpusat hanya di wilayah Banten dan Jabar sebagian tersebar di Jatim dan Sulawesi.
Terakhir, Rhoma Irama, yang elektabilitasnya tidak sebanding dengan popularitasnya, secara geografis dukungannya memang merata di seluruh Provinsi tapi sangat minim. Rhoma telah lama berkiprah di politik dimana pernah menjadi maskot penting PPP dimasa Orba, menjadi DPR 1993, dan tampil dipanggung kampanye PKS pada 2004.
Bahkan, saat ini Rhoma telah mendeklarasikan diri menjadi Capres atas dorongan perwakilan Ulama dan banyak melakukan safari politik di daerah bersama partai PKB. Namun, upaya yang dilakukan Rhoma belum mampu menaikkan elektabilitasnya, bahkan beberapa responden menilai bahwa Rhoma lebih pantas menjadi Raja Dangdut daripada Capres.
Survei LSIN ini mengambil sampel sepenuhnya secara acak (probability sampling), menggunakan metoda penarikan sampel acak bertingkat (multistage random sampling), dengan memperhatikan urban/rural dan proporsi antara jumlah sampel dengan jumlah penduduk di setiap Provinsi.
Responden adalah penduduk Indonesia yang berumur minimal 17 tahun, dengan didasarkan pada aspek gender, geografi, sosio kultural dan sosio ekonomi, dan ideologi politik responden. Tingkat kepercayaan survei ini adalah 95%, dengan margin of error sebesar 3,1%.
Pengumpulan data dilakukan melalui dua cara yaitu melalui telpon dengan panduan kuesioner dan wawancara langsung dengan panduan kuesioner oleh surveyor yang tersebar di seluruh Provinsi.