BISNIS.COM, JAKARTA – Para menteri perdagangan anggota Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik akan bertemu di Surabaya pada 20-21 April untuk membahas isu strategis peningkatan kerja sama perdagangan dan investasi di kawasan itu.
APEC berisikan 21 anggota ekonomi di Asia Pasifik, terdiri atas Australia, Brunei Darussalam, Kanada, Chile, China, Hong Kong, Indonesia, Jepang, Republik Korea, Malaysia, Meksiko, Selandia Baru, Papua Nugini, Peru, Filipina, Rusia Singapura, Taiwan, Thailand, Amerika Serikat dan Vietnam.
Delegasi Indonesia akan dipimpin oleh Menteri Perdagangan Gita Wirjawan yang sekaligus merangkap sebagai pimpinan sidang (chair) selama berlangsungnya pertemuan.
Dirjen Kerjasama Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan Iman Pambagyo menyebutkan dukungan terhadap Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) menjadi salah satu isu, terutama dalam menghadapi pertemuan ke 9 Ministerial Conference (MC9) yang akan berlangsung pada Desember di Bali.
“MC9 merupakan kesempatan penting bagi semua anggota WTO untuk menggapai kembali kepercayaan terhadap sistem perdagangan multilateral di bawah naungan WTO,” katanya, Jumat (12/4).
MC9, lanjutnya, juga momentum kunci untuk menggulirkan kembali perundingan Putaran Doha yang sejak 2001 berputar di tempat. Untuk itu, para menteri perdagangan APEC perlu menyatukan visi.
Selain itu, para menteri perdagangan akan membahas pencapaian visi Bogor Goals, integrasi ekonomi regional, pengembangan konektivitas, inovasi, pembangunan infrastruktur, kerja sama investasi, penyederhanaan regulasi, dan pertumbuhan yang berkelanjutan dan adil (sustainable growth with equity).
Tema ‘Resilient Asia Pasific; Engine The Global Growth’, menurut Iman, menunjukkan kebijakan bahwa integrasi perekonomian Indonesia dengan kawasan dan dunia harus diimbangi dengan upaya serius untuk memperkecil jurang perbedaan, a.l dengan peningkatan partisipasi usaha kecil dan menengah (UKM), pebisnis mula, perempuan pengusaha dan kalangan yang terpinggirkan oleh globalisasi.
Meskipun bersifat sukarela dan unilateral, langkah liberalisasi ekonomi APEC akan tetap memainkan peran penting untuk memfasilitasi kerja sama perdagangan dan investasi di kawasan paling dinamis itu dengan bertukar pengalaman dan menyepakati praktik terbaik (best practices).
Topik lain yang akan menjadi perhatian adalah terkait daftar produk ramah lingkungan APEC (APEC environmental goods list/EGs list). RI ingin memasukkan kelapa sawit dan karet ke dalam daftar yang sebelumnya ditetapkan 54 produk di Vladivostok, Rusia, pada 2012.
Indonesia, tutur Iman, menginginkan EGs list tak hanya didominasi produk manufaktur, tetapi juga mencakup produk pertanian sehingga mendorong negara berkembang yang umumnya masih mengandalkan sektor itu, untuk berkontribusi terhadap pelestarian lingkungan.
“CPO memberikan yield paling tinggi dibanding produk sejenis sehingga memenuhi syarat untuk melayani kebutuhan minyak nabati, energi terbarukan dan konsumsi lainnya. Karet alam juga berkarakteristik lingkungan dan dan pembangunan yang sama dengan CPO,” jelasnya.
Isu penting lainnya adalah mempromosikan konektivitas di Asia Pasifik yang fokus pada konektivitas fisik, kelembagaan dan masyarakat (people to people).
Pada 2012, nilai ekspor Indonesia ke Asia Pasifik US$139,9 miliar dengan pertumbuhan rata-rata 13,43% per tahun sejak 2008.