Kabar24.com, SAWAHLUNTO -- Atribut keagamaan tidak lagi menjadi satu satunya cara kelompok radikal dalam merekrut anggota baru.
Kepala Polisi Resor (Kapolres) Kota Sawahlunto, AKBP Djoko Ananto mengatakan para penganut paham radikalisme tidak selalu menggunakan atribut bernuansa keagamaan ketika berusaha mendekati atau melakukan upaya perekrutan anggota.
"Berdasarkan pengamatan saya, gerakan mereka saat ini jauh lebih terkoordinasi dari sebelumnya dan modus yang digunakan juga semakin beragam sehingga sulit untuk dikenali," kata dia di Sawahlunto, Jumat (25/12/2015).
Menurutnya, dalam merekrut anggota baru, saat ini tidak selalu terlihat dilakukan oleh orang-orang yang menggunakan pakaian atau simbol-simbol agama tertentu. Mereka terlihat seperti orang biasa dengan aktivitas rutin yang dilakukan juga seolah-olah biasa juga.
Ia menjelaskan, ketika upaya penggalangan yang mereka lancarkan mulai mendapat tanggapan positif oleh orang yang telah mereka jadikan sasaran perekrutan, maka secara perlahan mulai dipengaruhi cara berpikir dan idealismenya agar mengikuti pendapat mereka dan ikut bergabung dalam kegiatan-kegiatan teror yang akan mereka lakukan.
Untuk itu, lanjutnya, satu-satunya cara untuk mengantisipasi upaya mereka tersebut adalah dengan meningkatkan kewaspadaan dini terkait cegah dan tangkal perkembangan paham radikal tersebut, yang dilaksanakan dengan kesadaran penuh serta semangat tinggi untuk menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) oleh seluruh lapisan masyarakat.
"Dengan begitu, ruang gerak para pelaku teror dalam melakukan perekrutan atau merancang sasaran dan sarana yang akan digunakan, mampu dipersempit sehingga peluang untuk mencegah terjadinya aksi teror semakin besar dan kondusifitas kamtibmas dapat terpelihara dengan baik," kata dia.
Selain itu, tambahnya, memelihara kualitas koordinasi oleh segala lini bersama masyarakat juga merupakan hal yang tak kalah pentingnya untuk dilakukan, agar upaya kewaspadaan dini yang dilakasanakan tersebut tidak menimbulkan keresahan baru akibat munculnya rasa saling curiga mencurigai antarsesama, tanpa adanya dasar pijakan yang jelas dan bukti yang kuat terkait gerak gerik seseorang yang masih dicurigai sebagai pelaku teror.
Terkait hal tersebut, dia mengatakan pihaknya terus berupaya menguatkan penggalangan dan pembinaan kepada masyarakat melalui kegiatan-kegiatan preemtif yang dilaksanakan oleh petugas Bhabinkamtibmas yang ada di setiap desa dan kelurahan.
"Mereka adalah garda terdepan dalam membangun optimisme masyarakat sekaligus melakukan upaya deteksi dini terhadap dugaan munculnya kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan aksi teror, baik yang dilakukan oleh kelompok Islamic State Iraq and Syiria (ISIS) maupun kelompok radikal lainnya yang jelas terlarang karena sudah mengancam keselamatan jiwa dan harta orang lain," kata dia.
Dia mengatakan, khusus untuk wilayah hukum Polres Kota Sawahlunto hingga saat ini belum ditemukan adanya kegiatan-kegiatan menonjol terkait kegiatan mereka tersebut, namun pihaknya tetap membangun kewaspadaan yang tinggi dengan mengumpulkan segala bentuk informasi dan pantauan situasi dilapangan untuk dijadikan tolok ukur dalam merancang strategi pencegahan dan penindakan apabila sewaktu-waktu dibutuhkan.
Pihaknya mengimbau kepada seluruh masyarakat beserta seluruh pemangku kepentingan di daerah itu agar menjadikan permasalahan berkembangnya paham radikalisme di tengah-tengah masyarakat sebagai salah satu titik perhatian utama untuk ditangani secara bersama.
"Jangan abaikan risiko terjadinya aksi teror sekecil apapun, karena para pelakunya saat ini sedang menunggu kelengahan kita semua sebagai momentum dalam melancarkan aksi-aksinya," tegas dia.
Sebelumnya, Kapolri Jenderal Polisi Badrodin Haiti, menjelaskan pihaknya pada 19 hingga 20 Desember 2015, telah melakukan penggeledahan dan penangkapan terduga teroris berdasarkan informasi yang diperoleh pihaknya akhir bulan lalu terkait rencana aksi teror.
"Ada juga info dari Australian Federal Police (AFP), Federal Bureau of Investigation (FBI), dan Singapore Intelligence Service (SIS). Kami temukan bahan peledak yang siap dirakit dalam penggeledahan itu. Namun, tidak spesifik pada natal atau tahun baru terkait serangan itu," tuturnya.
Jajaran Kepolisian Republik Indonesia (Polri) telah menangkap sembilan orang terduga teroris di lima tempat berbeda antara lain di Cilacap, Tasikmalaya, Sukoharjo, Mojokerto, dan Gresik pada 19 sampai 20 Desember 2015.
Mereka yang ditangkap adalah R, YS, AR, ZA, MKH, TP, IM, JA, dan AK yang merupakan eks Jamaah Islamiyah (JI) dan ada juga korelasinya dengan ISIS.
Salah satu terduga teroris itu, yakni ZA, diketahui pernah bermukim di wilayah Kabupaten Sijunjung, Sumatera Barat, dan diketahui menghilang sejak tanggal 9 Desember 2015.