Bisnis.com, TANGERANG - Ungkapan bahwa Indonesia tak pernah kekurangan orang pintar dan kreatif rasanya memang betul.
Pada kenyataanya, yang kurang dari negeri ini adalah jajaran pemerintahan yang cekatan menyikapi dan menindaklanjuti inovasi-inovasi anak negeri sendiri.
“Apakah dengan saya menjadi THL [pekerja honorer] saja bisa dibilang layak dengan apa yang sudah saya keluarkan untuk temuan saya ini?” ucap Hamidi, 37, penemu sistem dan alat pengolah sampah plastik menjadi BBM.
Pria yang akrab disapa profesor itu sejak April 2015 bergabung bersama Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kota Tangerang. Lebih tepatnya dia banyak bergelut dengan sampah di tempat pembuangan sampah akhir (TPA) Rawa Kucing. Di tempatnya itulah Bisnis.com menemuinya pada Kamis (6/8/2015).
Menjelang pengujung 2014, Hamidi akhirnya berhasil menyempurnakan berbagai percobaannya untuk menghasilkan bahan bakar minyak (BBM) dari sampah plastik.
BBM yang diperoleh setara dengan Premium dan Solar dan dapat digunakan untuk kendaraan bermotor.
Percobaannya itu, termasuk upaya mengolah sampah sayur dan buah menjadi etanol, dikerjakan pakai kocek sendiri. Dia mengaku sudah sejak lama mengajukan proposal kepada Pemkot Tangerang terkait program pengolahan sampah ini, tetapi jauh panggang dari api.
Pada akhirnya dua temuan Hamidi, yakni BBM dari plastik dan etanol dari sayur buah, dapat saling melengkapi. Si etanol bisa dimanfaatkan sebagai zat tambahan untuk meningkatkan kadar oktan BBM temuannya.
Namun, kini riset mandiri yang dilakukan sengaja dia hentikan. Hamidi yang sekarang cuma menjadi pekerja honorer di TPA Rawa Kucing hendak melihat keseriusan pemerintah setempat membantunya mengembangkan temua tersebut, semisal dengan berusaha mematenkan.
“[Dengan fasilitas yang diberikan] layakkah seluruh rahasia temuan ini saya gembar-gemborkan? Temuan ini akan berguna sampai anak cucu karena selama dunia belum berakhir, sampah belum habis,” ucapnya.